Salin Artikel

Parkir Berlangganan Berlaku di Medan, Warga Harap Jukir Liar Ditertibkan

Ada yang mendukung dan ada juga yang mengkritisinya.

Diketahui tarif parkir berlangganan ini Rp 90.000 per tahun untuk sepeda motor, mobil Rp 130.000 per tahun, truk atau bus Rp 168.000 per tahun.

Teknis kebijakan, awalnya warga diminta membeli stiker barcode parkir berlangganan.

Setelah itu, stiker ditempel di kendaraan pelanggan, sebagai tanda telah membayar retribusi parkir.

Saat parkir, nantinya juru parkir akan memeriksa barcode parkir melalui elektronik parkir (E-Parking) yang mereka miliki.

Kebijakan ini disambut baik salah seorang warga bernama Lulu (38), saat ditemui dia baru saja membeli stiker parkir berlangganan yang ditawarkan petugas Dinas Perhubungan Kota Medan di Jalan Samanhudi, Kota Medan, Selasa (2/7/2024).

Lulu membeli stiker parkir kendaraan jenis sepeda motor. Menurutnya, harga ini menguntungkan, ketimbang harus membayar uang parkir motor Rp 2.000.

"Jadi dengan beli ini, enggak ribet bayar parkir di mana pun enggak susah cari uang receh," ujarnya.

Namun, dia berharap, Pemerintah Kota Medan juga bisa menertibkan juru parkir liar yang kerap memaksa warga membayar parkir tunai.

"Berhubung saya sudah bayar (parkir berlangganan), saya tidak mau diminta minta uang parkir. Semoga pemerintah tegas terhadap kutipan parkir liar dan jukir nakal," harapnya.

Sementara itu, Mila, warga Kota Medan Tembung, masih ragu untuk membeli stiker parkir berlangganan.

Dia baru sekedar bertanya tanya mekanisme pembelian stiker parkir berlangganan di CC Room Intelligent Transport System (ITS), Jalan Balai, Kota Medan.

Namun pada dasarnya dia tertarik untuk turut membeli stiker berlangganan untuk kategori mobil.

"Biar enggak ribet juga menyiapkan uang receh setiap parkir di jalan," ujarnya.


Mila juga masih ingin melihat bagaimana efektivitas program ini selama sepekan, apakah benar saat penerapannya di lapangan tidak ada kutipan retribusi parkir lagi.

"Jadi kami masih mau tanya-tanya saja sekaligus melihat efektivitas programnya. Nanti cuma koar-koar saja," katanya.

Semetara itu, Izar (28) warga Johor mengaku enggan membeli stiker parkir berlangganan.

Dia mengkritik kebijakan ini lantaran bisa memantik konflik horizontal warga dengan juru parkir liar atau nakal yang masih menjamur di Kota Medan.

"Harusnya Pemko Medan, tertibkan dulu jukir liar baru menerapkan kebijakan ini. Jangan nanti di lapangan warga yang berlangganan, tetap dikutip jukir liar. Ini yang bisa menimbulkan konflik baru di masyarakat," ujarnya

Sebelumnya Bobby mengatakan kebijakan parkir berlangganan ini diambilnya demi meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari retribusi parkir.

Selama ini, jumlah retribusi parkir Kota Medan banyak yang bocor, sehingga jumlahnya hanya berkisar Rp 20 miliar per tahun, itu setelah diterapkan sistem elektronik parkir (E-Parking) belakangan ini.

Padahal menurutnya, potensi retribusi parkir di Kota Medan bisa lebih dari Rp 100 miliar.

Disinggung soal bila ada jukir yang tetap meminta uang parkir ke pelanggan, Bobby nantinya hal itu tidak akan terjadi sebab mereka akan digaji bulanan.

"Nanti jukir, kita hari ini baru mulai sistemnya baru mulai dari mulai hari ini juga nanti kita umumkan ke vendor untuk para jukir mendaftarkan dirinya untuk menjadi bagian dari pihak ketiga nanti jukir nya kita gaji Rp 2,5 juta," ujar Bobby di DPRD Kota Medan.

Kata Bobby, kurang lebih jumlah jukir yang dipekerjakan sekitar 1.700 orang.

"Jadi masyarakat harus tahu jukir ini sudah digaji Pemko Medan jadi ngak perlu bayar parkir lagi, jadi nggak berantem berantem. Kalau ada bahasanya masih kasian kepada jukir nya enggak sudah kita gaji Rp 2,5 juta," ujarnya.

https://medan.kompas.com/read/2024/07/02/171151078/parkir-berlangganan-berlaku-di-medan-warga-harap-jukir-liar-ditertibkan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com