Salin Artikel

Heboh Jukir di Medan Minta Uang ke Pengendara Pemilik Stiker Parkir Berlangganan

MEDAN, KOMPAS.com - Video yang menunjukkan juru parkir (jukir) di Kota Medan meminta uang ke pengendara mobil yang memiliki stiker parkir berlangganan, viral di media sosial.

Padahal sejak kebijakan ini dikeluarkan pada Senin (1/7/2024), seharunya tidak ada lagi pungutan manual maupun elektronik kepada pelanggan yang membeli stiker parkir.

Dilihat dari akun instagram @medanku, tampak terjadi perdebatan antara pemilik mobil yang memiliki stiker parkir dengan 2 orang jukir. Saat para jukir meminta uang parkir, pengendara mobil menjelaskan bahwa dirinya telah membeli stiker berlangganan khusus mobil. Stiker itu pun telah ditempelkan di kaca mobil bagian depan.

"Katanya per semalam uda itu (berlaku kebijakan parkir berlangganan)," ujar pengendara mobil.

Mendengar ucapan itu, jukir wanita di dalam video mengaku tidak mengetahui kebijakan parkir berlangganan. Dia hanya mengaku disuruh atasannya memungut uang parkir, dengan target Rp 400.000 per hari.

"Kerja aja dulu (kata atasan kami) setoran kita diminta Rp 400.000, nggak percaya mas? kalau kurang, dia marah-marah, kalau nggak dapat (target) marah-marah dia (atasannya)," ujar wanita dalam video.

Sementara itu tampak jukir pria dalam video memberitahu ke jukir wanita, soal aturan parkir berlangganan.

"Mana tahu kita (digaji) perbulan, biar tahu kalau kayak gini (ada stiker berlangganan) nggak usah lagi (diminta uang parkir)," tutur dia.

Sementara itu di narasi video dijelaskan, peristiwa terjadi di Jalan Putri Merak Jingga, Kota Medan, Selasa (7/2/2024). Karena tidak ingin ribut dengan jukir, pengendara mobil membayar uang parkir.

"Daripada ribut soal Rp2.000-3.000 bayar aja, kasian juga," ujar perekam video.

Terkait video viral itu, Kabid Pengembangan Pengendalian dan Keselamatan (PPK) Dishub Medan Richard Medy buka suara. Dia mengaku marah akan insiden itu. Dia telah menempatkan anggotanya di lokasi kejadian agar peristiwa serupa tidak terulang.

"Respons kita marah lah, makanya kita tempatkan personel kita terus di lapangan," ujar Richard saat dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler, Rabu (3/7/2024) malam.

Meskipun begitu Richard mengaku belum bisa memastikan siapa jukir yang meminta uang tersebut.

"Yang mengutip itu kita tidak tahu apakah jukir atau bukan, kita (juga sudah) keliling, sudah kita angkati jukir (liar) ini, tapi kan masih ada jukir lagi berarti kita kan kurang maksimal," ujarnya.

"Tapi tetap kita maksimalkan dengan keliling lagi, tapi kan lokasi yang mau kita awasi Kota Medan ini terlalu luas. Sementara jumlah personil yang kita turunkan 720 orang, gimana kita bisa memantau semuanya itu," tandasnya.

Richard mengatakan, saat ini para jukir elektronik sudah tidak bekerja lagi. Mereka masih menjalani proses pendataan ulang untuk diperkerjakan menjadi jukir berlangganan.

Namun dia belum memastikan, kapan para jukir parkir berlangganan mulai bekerja.

Berita sebelumnya, Wali Kota Medan, Bobby Nasution, menerapkan kebijakan parkir berlangganan mulai Senin (1/7/2024).

Tarif parkir berlangganannya, Rp 90.000 per tahun untuk motor, mobil Rp 130.000 per tahun, truk atau bus Rp 168.000 per tahun.

Teknis kebijakan ini, awalnya warga diminta membeli stiker barcode parkir berlangganan. Setelah itu, stiker ditempel di kendaraan pelanggan, sebagai tanda telah membayar retribusi parkir. Saat parkir, nantinya jukir akan mengecek barcode parkir melalui elektronik parkir (E-Parking) yang mereka miliki.

https://medan.kompas.com/read/2024/07/03/220959778/heboh-jukir-di-medan-minta-uang-ke-pengendara-pemilik-stiker-parkir

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com