Salin Artikel

Mahasiswa Demo di Kantor Wali Kota Medan, Soroti Kinerja Bobby hingga Singgung Blok Medan

Mereka mengecam kinerja Wali Kota Medan, Bobby Nasution, yang dinilai gagal menjalankan amanah rakyat selama masa kepemimpinannya.

Demonstran juga mendesak penjelasan terkait istilah "Blok Medan," yang dikaitkan dengan dugaan keterlibatan Bobby dan istrinya, Kahiyang Ayu, dalam kasus korupsi perizinan tambang yang melibatkan mantan Bupati Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba.

Massa tiba di Kantor Wali Kota Medan sekitar pukul 13.15 WIB dengan menggunakan mobil pikap yang dijadikan mobil komando, diikuti peserta lain yang mengendarai sepeda motor.

Mereka membawa spanduk yang mengecam menantu Presiden Joko Widodo, salah satunya bertuliskan "Ini Blok M Titipan Istana Bung #Selamatkan Sumut," dan "Blacklist Pemimpin Cacat Prestasi = 0."

Setelah lebih dari satu jam berorasi dan membakar ban, Bobby Nasution tidak juga menemui para demonstran.

Massa kemudian meluapkan kekesalan mereka dengan menggoyang gerbang luar Kantor Wali Kota Medan, sementara aparat kepolisian berjaga di dalam gerbang.

Perwakilan Pemko Medan, Aldo Heryuandifa, sempat meminta perwakilan pengunjuk rasa untuk masuk ke dalam kantor untuk mediasi.

Namun, Ketua GMNI Medan, Surya Dermawan Nasution, menolak tawaran tersebut.

"Kami menolak mediasi karena tidak ada titik kompromi lagi. Kami menolak feodalisme dan menuntut keadilan secara egaliter," tegas Surya.

Setelah aksi berakhir sekitar pukul 15.00 WIB, Surya mengatakan bahwa ada banyak proyek di bawah kepemimpinan Bobby yang dinilai GMNI gagal.

Salah satu yang disorot adalah proyek lampu pocong pada tahun 2023, yang meskipun uang senilai Rp 21 miliar telah dikembalikan oleh kontraktor, GMNI menilai hal itu tidak mengurangi unsur kerugian maupun pidananya.

"Proyek lampu pocong ini tidak bisa dianggap sebagai kesalahan pihak swasta semata. Pemko Medan di bawah kepemimpinan Bobby Nasution harus bertanggung jawab atas kegagalan tersebut," kata Surya.

Ia juga menambahkan bahwa proyek tersebut terindikasi adanya kelemahan pengawasan dan dugaan persaingan usaha yang tidak sehat.

Surya pun mengkritik Bobby Nasution yang dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah pengelolaan sampah dan banjir di Kota Medan. Kebijakan parkir berlangganan yang diterapkan Pemko Medan juga menuai keresahan di kalangan masyarakat.

"Kebijakan parkir ini sangat prematur, tidak mempertimbangkan dampak negatifnya, dan terkesan ingin meraih keuntungan cepat dari masyarakat," ungkap Surya.

Klarifikasi dari Bobby terkait nama "Blok Medan" yang disebut dalam sidang korupsi izin pertambangan nikel ikut dituntut.

"Kami mendesak Bobby Nasution mengklarifikasi secara jelas terkait isu Blok Medan. Kami juga meminta KPK memeriksa Bobby Nasution dan Kahiyang Ayu terkait dugaan ini," ujarnya.

https://medan.kompas.com/read/2024/08/22/162558278/mahasiswa-demo-di-kantor-wali-kota-medan-soroti-kinerja-bobby-hingga-singgung

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com