Salin Artikel

Atlet dan Penonton Mengeluh Venue Voli PON Berdebu, Panpel: Angin yang Bawa

Keadaan ini berlangsung dari babak penyisihan voli putra-putri, Rabu (11/9/2024) hingga semifinal, Rabu (18/9/2024).

Koordinator Bidang Venue dan Perlengkapan Voli Ruangan, Sugianto Asta, membenarkan keadaan itu.

Kata dia, debu masuk ke venue lantaran terbawa angin.

"Jadikan gini, ini kan di atas, jadi kalau dibuka (pintu masuk penonton), debu itu kalau ada angin masuk dia ke dalam, semalam saya tengok," ujar Sugianto saat diwawancarai Kompas.com di venue voli, Rabu (18/9/2024).

Sugianto mengatakan, pihaknya terus berupaya meminimalisasi agar debu tidak masuk.

Salah satunya dengan menerapkan sistem buka tutup di pintu masuk tribun penonton, sehingga pintu tidak akan selalu terbuka.

"Jadi inisiatif suruh jaga dia di situ (petugas kebersihan). Saya minta kalau ada orang masuk (buka), kalau tidak tutup pintunya, supaya angin tidak masuk ke dalam; Itu sekarang problemnya," ujarnya.

"Intinya kita sudah berusaha, (tapi) cemana lah, ini faktor non-teknis," ujarnya.

Sugianto mengatakan, telah menyiapkan banyak petugas kebersihan untuk membuat venue tidak berdebu, tetapi juga tidak berhasil.

"Itu di atas (lantai dua) ada delapan orang petugas kebersihan, di bawah ada sembialn orang, di dalam lapangan ada 18 orang petugas kebersihan. Begitu siap kita bekerja, jadi semua stay di tempat masing-masing, di kamar mandi juga ada," ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan Sugianto saat disinggung banyak atlet yang mengeluh karena debu tersebut mengganggu pertandingan.

"Itu lah yang saya sampaikan pertama tadi ( karena debu dibawa angin), memang yang bisa kita lakukan berusaha untuk artinya meminimalisir debu debu tadi. Artinya tetap kita sapu, tapi tetap ada (debunya)," ujarnya.

Dia mengatakan sarana dan prasarana venue voli PON sudah memenuhi syarat untuk menggelar pertandingan.

Walaupun, ada bagian kecil di area venue belum rampung pembangunannya. Misalnya, masih ada areal venue yang belum disemen.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, debu di tribun penonton venue voli begitu banyak.

Hal itu terlihat saat pertandingan semifinal tim putri Jawa Barat vs Jawa Tengah, Rabu (18/9/2024).

Terlihat venue berkapasitas 5.000 orang itu penuh sesak penonton.

Namun, mereka terlihat tidak nyaman karena hampir seluruh tribun dipenuhi debu. Alhasil celana yang mereka kenakan tampak kotor.

Banyak juga penonton yang menepuk- nepuk celananya agar debu yang melekat bisa hilang.

Sebagian penonton juga menutup mulut dan hidung dengan kain saat menyaksikan pertandingan agar debu tidak terhirup.

Lalu tampak pula penonton yang berinisiatif mencari kardus bekas air mineral untuk dijadikan alas duduk agar celana tidak kotor. Sebagian lagi terpaksa membeli tisu untuk alas.

Sebelumnya, Cindy Tiara Berliyan, atlet dari tim DKI Jakarta, mengatakan, debu yang ada di lapangan tersebut mengganggu performanya.

"(Masalah) debu, itu tuh polusi udaranya enggak enak, jadinya kita itu sesak napas," kata Cindy saat diwawancarai di lokasi, Jumat (13/9/2024).

"Nah, kita kan DKI pakai polar. Otomatis nadi kita kelihatan tinggi atau tidaknya karena polusinya, debu semua, kita sesak napas. Otomatis nadi kita tinggi karena itu," sambungnya.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo sempat datang meninjau lokasi venue ini , Jumat (13/9/2204).

Namun Dito justru mengatakan venue indoor tersebut salah satu yang terbaik di Indonesia.

Dia bahkan mengeklaim penonton merasa nyaman saat melihat pertandingan.

https://medan.kompas.com/read/2024/09/19/051500578/atlet-dan-penonton-mengeluh-venue-voli-pon-berdebu-panpel--angin-yang-bawa-

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com