Salin Artikel

Bobby-Surya dan Edy-Hasan Saling Serang soal Banjir pada Debat Pilkada Sumut

MEDAN, KOMPAS.com - Debat Pilkada Sumatera Utara antara pasangan calon gubernur Bobby Nasution-Surya dan Edy Rahmayadi-Hasan Basri berlangsung panas di Hotel Santika Dyandra, Kota Medan, Rabu (6/11/2024) malam.

Ketegangan meningkat saat kedua pasangan calon saling "serang" mengenai isu banjir dan tanah longsor yang melanda Sumatera Utara.

Perdebatan dimulai pada sesi tanya jawab, di mana Surya, wakil dari Bobby, mempertanyakan janji Edy Rahmayadi untuk mengatasi masalah banjir di Sumut pada tahun 2022.

"Pak Edy, setelah dilantik tahun 2019 sebagai gubernur, Bapak telah berjanji banjir di Sumut akan selesai dan diatasi pada tahun 2022, tapi sampai mengakhiri masa jabatan bapak, banjir belum bisa teratasi," ujar Surya.

Hasan Basri, sebagai respons, mengakui bahwa permasalahan banjir di Sumut masih ada.

Namun, ia menekankan bahwa pemerintah provinsi di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi telah melakukan berbagai upaya konkret untuk mengatasi masalah ini.

"Permasalahan banjir ini dilakukan secara bersama dengan stakeholder penanganan banjir, di mana ada Kementerian Pekerjaan Umum dan BPBD yang bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan kota," jelas Hasan.

Mendengar tanggapan tersebut, Surya merasa tidak puas.

Ia menegaskan, meskipun penanganan banjir bukan sepenuhnya wewenang gubernur, gubernur tetap memiliki tanggung jawab untuk menepati janji politiknya.

"Memang ada PU dan BPBD, tapi komandannya ini kan gubernur. Janji gubernur setelah dilantik adalah bahwa dalam dua tahun banjir di Sumut bisa selesai. Ini yang kami pertanyakan, di mana sampai saat ini banjir masih tetap ada," beber Surya.

Dalam kesempatan yang sama, Bobby mengakui bahwa masalah banjir di Medan juga belum teratasi.

Namun, ia menegaskan bahwa telah melakukan langkah konkret untuk mengatasi persoalan tersebut.

"Di Medan masih banjir, tapi kami sampaikan tanpa mengurangi rasa hormat kepada pendahulu kami. Kota Medan baru punya master plan drainase tahun 2022, kami yang buat," ujarnya.

Bobby juga mengungkapkan bahwa saat rapat dengan Edy Rahmayadi, mereka telah membebaskan lahan untuk pelebaran Sungai Badera.

"Provinsi sampai saat ini tidak membebaskan Badera, itu di mana peran provinsinya?" tanya dia.

Menanggapi pernyataan Bobby, Edy menjelaskan, penanganan banjir memerlukan berbagai mekanisme, terutama dalam pengelolaan sungai.

"Sungai itu untuk pendalamannya punya PU, bagian luar rumah-rumah yang berada di garis padat sungai itu punya menteri kehutanan. Makanya, ada BWS yang menangani," jelas Edy.

Edy kemudian mengkritik kubu Bobby-Surya yang kerap menyalahkan pemerintah provinsi terkait penanganan banjir.

"Jangan selalu suka menyalahkan. Kami sudah merencanakan dan rapat, tapi skala prioritas ini yang harus dilaksanakan," ujarnya.

Ia juga meminta Bobby untuk memahami mekanisme penanganan banjir.

"Kabupaten dan kota juga ikut melakukan pemagaran masyarakat di pinggir sungai. Inilah kolaborasinya, bukan kolaborasi yang bisa ditangani, untuk inilah harus belajar dulu, untuk memimpin di daerah ini," tandas Edy.

https://medan.kompas.com/read/2024/11/07/111454578/bobby-surya-dan-edy-hasan-saling-serang-soal-banjir-pada-debat-pilkada-sumut

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com