Salin Artikel

Serang Bobby Saat Debat, Wakil Edy: Katanya Perencanaan Baik, Lampu Pocong Gimana?

Saat debat, Wakil Edy, yakni Hasan Basri, menyinggung proyek lampu pocong yang gagal di masa Bobby menjadi Wali Kota Medan.

Diketahui, lampu pocong merupakan pengerjaan proyek 1.700 lampu jalan senilai Rp 25,7 miliar di Kota Medan.

Proyek ini gagal karena proses pengerjaan hingga pembelian material lampu yang tidak sesuai ketentuan.

Para kontraktor pun diminta mengembalikan uang proyek tersebut.

Perdebatan soal lampu pocong ini bermula saat moderator memberikan kesempatan kepada para calon wakil gubernur untuk menjawab pertanyaan acak yang telah dibuat panelis.

Mulanya, moderator menanyakan kepada wakil Bobby, yakni Surya, mengenai apa langkah yang akan dilakukannya untuk memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Surya lalu menjawab bahwa dia dan Bobby memiliki program yang berkomitmen memberantas KKN, menghilangkan praktik suap, gratifikasi, hingga jual beli jabatan.

Dia kemudian mengatakan, bila memenangkan Pilkada Sumut, dia dan Bobby akan menciptakan pemerintahan berbasis elektronik.

"Itu terus harus ditingkatkan, seperti pengadaan barang dan jasa e-katalog, informasi keuangan, dan penguatan ide-ide, penguatan pelaku anti KKN, dan pendapatan dari lembaga aparatur pemerintah seperti pengadaan barang dan jasa," katanya.

Menanggapi pernyataan Surya, Hasan kemudian menyinggung persoalan lampu pocong yang terjadi saat Bobby menjadi Walikota Medan.

"Pak Surya, tolong dengarkan baik-baik. Pak Surya mengatakan berkaitan KKN, pertanyaan saya bagaimana ujung ceritanya lampu pocong di Medan itu bagaimana? Tadi Pak Bobby mengatakan pembangunan (harus) pakai rencana yang baik, setuju. Pembangunan harus dengan pelaksanaan yang baik, setuju," ujar Hasan.

"Pertanyaan saya, apakah pelaksanaan program lampu pocong itu dilaksanakan dengan perencanaan yang baik? Tidak," tambah Hasan.

Hasan lalu mengatakan terkait KKN, selama menjabat lima tahun sebagai gubernur Sumut, tidak ada satu pun lembaga penegak hukum yang pernah memanggil Edy.

"Ini bukti konkret apa yang dikatakan pak Edy berjalan dan dirasakan masyarakat," kata Hasan.

Lalu, Hasan menyinggung soal isu Bobby yang diduga menaiki private jet dari salah seorang pengusaha.

"Oke, private jet. Kita bicara KKN, private jet. Pertanyaan saya, masyarakat pasti tahu. Di mana ada private jet, di situ ada gratifikasi, karena itu jangan bohongi rakyat. Jangan tipu rakyat, tunjukkan bahwa pemimpin itu perlu keteladanan, perlu moral," katanya.

Kemudian, Surya kembali menjawab bahwa sama seperti Edy, dirinya juga tidak pernah dipanggil penegak hukum saat menjabat sebagai Bupati Asahan.

"Kalau perkara tidak dipanggil oleh aparat, Surya belum pernah dipanggil penegak hukum. Surya memimpin Kabupaten Asahan, pejabatnya tidak pernah dipanggil penegak hukum, di provinsi sudah (ada). Untuk (soal) yang lampu (pocong), kami silakan, pak gubernur," ujar Surya sambil memberikan mikrofonnya kepada Bobby.

Namun, baru Bobby hendak menjawab, dia langsung ditegur moderator.

"Mohon maaf, ini adalah pertanyaan khusus untuk calon wakil gubernur saja," kata moderator.

Bobby lalu menjawab, "Tadi katanya boleh nambahin," ujar Bobby.

Selanjutnya, moderator mempersilakan Surya untuk menjawab.

"Silakan untuk calon wakil gubernur saja," kata moderator.

Surya lalu melanjutkan jawabannya sembari kembali menegaskan bahwa dirinya tidak pernah berurusan dengan hukum.

"Kalau perkara dipanggil aparat penegak hukum, kita tidak pernah dipanggil. Kita Bupati Asahan tidak (juga) pernah melantik pejabat yang meninggal, kita tidak pernah," katanya.

https://medan.kompas.com/read/2024/11/13/223200578/serang-bobby-saat-debat-wakil-edy-katanya-perencanaan-baik-lampu-pocong-gimana

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com