Salin Artikel

Bobby Sebut Pemekaran di Nias Jangan Dijadikan Isu Politik, Wakil Edy: Demi Keadilan Pembangunan

Kubu Bobby menilai bahwa wacana ini hanya dimanfaatkan oleh kubu Edy-Hasan untuk kepentingan politik.

Edy-Hasan membantah tudingan tersebut dan menegaskan bahwa pemekaran adalah langkah untuk mencapai keadilan dan pemerataan pembangunan.

Perdebatan dimulai ketika Surya, wakil Bobby Nasution, menanyakan kepada kubu Edy-Hasan mengenai langkah konkret yang akan diambil terkait wacana pemekaran.

Surya menyatakan bahwa pemekaran diperlukan untuk meningkatkan akses pembangunan dan layanan di daerah terpencil.

Namun, ia juga mengingatkan adanya ketidakmampuan keuangan daerah dan kesiapan infrastruktur untuk mendukung pemekaran tersebut.

"Jadi langkah konkrit apa yang diambil untuk wacana pemekaran di beberapa wilayah, agar dapat mewujudkan pemerataan pembangunan dan akses layanan tanpa membebani keuangan daerah dan infrastruktur yang belum baik," ujar Surya kepada kubu Edy-Hasan.

Menanggapi hal itu, Hasan, wakil Edy, menjelaskan bahwa APBD Pemprov Sumut hanya sebesar 13,5 triliun, yang menurutnya tidak cukup untuk menjangkau seluruh pembangunan di Sumatera Utara.

Ia menekankan pentingnya pemekaran untuk mendorong pemerataan pembangunan.

"Pertama kita ingin mendorong Kepulauan Nias menjadi provinsi, Tapanuli juga. Ini semua tujuannya tidak lain untuk memberikan pemerataan pembangunan dan keadilan sektor pembangunan, dan inilah yang dirasakan oleh masyarakat kita," katanya.

Hasan juga menegaskan komitmennya untuk mendorong pemekaran Kepulauan Nias, meski mengakui bahwa niat tersebut terhambat oleh moratorium pemekaran yang diberlakukan pemerintah pusat selama sepuluh tahun terakhir.

"Kami sangat mendorong agar kedepan nanti pemekaran Nias dilakukan. Sayangnya, 10 tahun belakangan ini, pemerintah pusat memberlakukan moratorium pemekaran di Indonesia, sehingga pemerataan ini tidak terlaksana di Sumut. Saya kira moratorium ini harus dicabut untuk pemerataan pembangunan yang ada di Sumut," tegasnya.

Menanggapi pernyataan Hasan, Bobby mengakui bahwa ada beberapa daerah yang menginginkan pemekaran.

Namun, ia menuduh kubu Edy-Hasan menggunakan isu pemekaran di Nias hanya untuk kepentingan politik.

"Mohon maaf pak, jangan kita jadikan pemekaran ini jadi isu politik saja, karena mau meraih suara. Kayak di Nias bapak bilang tadi, gara-gara belum pernah disentuh selama 5 tahun yang lalu, biar dapat suara di sana, isu mekar di sana digulirkan, nggak boleh pak," ujar Bobby.

Bobby menegaskan bahwa ia setuju dengan pemekaran, tetapi tidak seharusnya pemekaran dijadikan alat untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah provinsi dalam membangun Nias.

"Kalau mereka minta mekar, boleh. Tapi dengan kesan yang baik sudah dibangun oleh Provinsi Sumut, sudah ada bekas pembangunannya, sudah ada monumen di sana. (Kalau mau) mekar silakan, jangan (mereka mau) mekar tapi tidak diperhatikan," ujarnya.

Menanggapi tudingan Bobby, Hasan langsung membantah.

"Yang mengatakan ini isu politik siapa pak Bobby? Saya tidak pernah mengatakan ini sebagai isu politik. Kami tidak pernah mengatakan, yang saya katakan demi keadilan pembangunan, demi pemerataan pembangunan Sumut," tegas Hasan.

Hasan kemudian mengultimatum Bobby agar tidak menggiring opini yang tidak baik ke publik.

"Ngak ada isu politik di sini, pak Bobby saja yang mengatakan isu politik, ngak ada. Tolong dijaga ini pak Bobby, jangan dibawa ke mana-mana ini, jangan membohongi masyarakat," tambahnya.

Hasan juga mengungkapkan bahwa selama enam hari terakhir, ia telah berkeliling di Kepulauan Nias dan mendapati bahwa masyarakat setempat menginginkan pemekaran wilayah.

"10 tahun pemerintah pusat me moratorium, jadi tidak ada lagi melaksanakan pembangunan dan pemekaran di pusat. Jadi bukan di kita masalahnya. Karena itu pak Bobby, demi keadilan dan demi pemerataan pembangunan. Bukan isu politik, tolong pak Bobby bicara yang benar, dari hati bapak bicara," tutupnya.

https://medan.kompas.com/read/2024/11/14/115903778/bobby-sebut-pemekaran-di-nias-jangan-dijadikan-isu-politik-wakil-edy-demi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com