Salin Artikel

Anggota Fraksi PDIP dan Demokrat DPRD Medan Baku Hantam di Toilet, Berujung Dipanggil BK

Badan Kehormatan DPRD Medan telah memanggil kedua pihak untuk mengklarifikasi kejadian tersebut.

"Surat panggilan sudah dilayangkan ke dua belah pihak. Senin rencananya mereka memenuhi panggilan itu," ungkap Ketua Badan Kehormatan DPRD Medan, Lailatul Badri, kepada Kompas.com melalui saluran telepon pada Sabtu (22/3/2025).

Lailatul menegaskan bahwa panggilan tersebut tidak bertujuan untuk menghakimi salah satu pihak, melainkan untuk memahami persoalan yang sebenarnya terjadi di antara keduanya.

"Jadi kami ingin mendengar dulu keterangan dari dua belah pihak ini. Kalau terbukti melanggar kode etik, sudah jelas itu pasti ada sanksi," jelasnya.

Perkelahian antara David dan Dodi terjadi pada Selasa (18/3/2025) siang, setelah keduanya mengikuti rapat dengar pendapat di Komisi III.

Perkelahian versi David

David Roni Sinaga, anggota dewan dari Fraksi PDIP, menceritakan bahwa ia pergi ke toilet untuk buang air kecil ketika Dodi tiba-tiba datang dengan nada keras, seolah ingin mengajak berkonflik.

"Dengan nada keras dia ngomong, 'jangan banyak gaya'," kata David.

Ia kemudian mempertanyakan alasan kemarahan Dodi dan menemukan bahwa Dodi protes karena David sering memanggil nama Dodi.

"Nah, kebetulan staf kami di komisi ada namanya Dodi juga. Jadi sama dengan mamanya. Dia protes karena itu," jelas David.

Ia mengaku bingung mengapa tidak boleh memanggil nama Dodi, dan keributan pun tak terhindarkan.

David mengeklaim bahwa ia didorong hingga pin di bajunya jatuh, dan situasi semakin memanas ketika anggota Dodi berusaha memukulnya.

"Intinya aku enggak tahu apa-apa, tiba-tiba dia datang ke kamar mandi, dengan gaya kayak mau nelan orang lah," ungkapnya.

Menurut Dodi

Di sisi lain, Dodi Robert Simangunsong menjelaskan bahwa saat itu ia hendak menggunakan wastafel di toilet.

Ia meminta David untuk tidak memanggil stafnya dengan nama Dodi, melainkan dengan nama lengkap, Dodi Tambunan, agar tidak membingungkan.

"Itu sudah berkali-kali saya ingatkan. Namaku kan Dodi juga, jadi kalau dia panggil stafnya Dodi, itu seperti menegur aku," kata anggota Fraksi Partai Demokrat ini.

Setelah perdebatan, Dodi dan David terlibat cekcok yang berujung pada perkelahian.

"Sempat dia cekik aku dan didorong. Terus ada satpam pegang aku. Karena gak bisa membela diri, ditendang dia aku," ungkap Dodi.

Perkelahian itu segera dilerai oleh pihak keamanan, dan Dodi pergi ke lantai enam untuk menenangkan diri sebelum kembali bekerja di ruang Komisi III.

"Setelah kejadian itu, tidak ada iktikad baik dari dia. Minta maaf pun tak ada," keluh Dodi, yang merupakan anggota dewan dari Fraksi Partai Demokrat.

Insiden ini memunculkan pertanyaan mengenai etika dan profesionalisme di kalangan anggota DPRD Medan, serta dampaknya terhadap citra lembaga legislatif di mata publik.

https://medan.kompas.com/read/2025/03/22/123731378/anggota-fraksi-pdip-dan-demokrat-dprd-medan-baku-hantam-di-toilet-berujung

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com