Salin Artikel

Warga Binjai Ngaku Telantar di Kamboja, Ternyata Pernah Dipulangkan tapi Balik Lagi

Namun, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Phnom Penh mengungkap fakta bahwa Cikal ternyata adalah pekerja migran ilegal kambuhan yang sebelumnya pernah dipulangkan ke Indonesia.

Cikal diketahui bekerja sebagai operator di perusahaan penipuan daring.

Ia sebelumnya telah dibantu pemulangannya oleh KBRI Phnom Penh pada tahun 2022.

Namun, dua tahun berselang, pada 2024, Cikal kembali ke Kamboja menggunakan paspor baru dan bekerja di posisi serupa.

KBRI Phnom Penh menjelaskan bahwa Cikal dan tiga WNI lainnya keluar dari tempat kerjanya karena tidak mampu memenuhi target perusahaan.

Mereka lalu meminta pertolongan kepada KBRI untuk direpatriasi.

"KBRI Phnom Penh tidak menelantarkan para WNI asal Binjai ini, atau WNI dari daerah mana pun di Indonesia. Ke-4 WNI mendapatkan perlakuan yang sama seperti WNI lainnya, sesuai prosedur dan standar pelayanan yang ada," tulis KBRI dalam keterangan resminya, Selasa (13/5/2025).

Permohonan exit visa pun diajukan ke Imigrasi Kamboja. Namun, karena status Cikal sebagai pelaku kambuhan, ia sempat ditahan selama proses pengurusan.

Sementara itu, tiga WNI lainnya bisa kembali ke tanah air tanpa hambatan.

"KBRI tidak jarang menemukan WNI yang memohon fasilitasi pemulangan untuk kesekian kalinya setelah kembali mencoba pekerjaan yang too good to be true di luar negeri," lanjut pernyataan KBRI.

Sementara, Pemerintah Kota (Pemko) Binjai langsung bergerak. Atas perintah Wali Kota Amir Hamzah, Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, dan Perdagangan (Disnaker Perindag) membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini.

"Hasil dari pertemuan tersebut kami sudah memperoleh data-data seperti KTP, paspor, dan KK yang bersangkutan," ujar Kepala Disnaker Perindag, Hamdani Hasibuan.

Dari empat orang dalam video tersebut, hanya dua orang yang merupakan warga Binjai, yaitu Cikal Ramadhan dan Taruna Bagaskara.

Pihak Disnaker Binjai juga telah berkoordinasi dengan Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) di Medan dan berharap kasus ini dapat diteruskan ke Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (Kemen P2MI) agar proses pemulangan bisa dipercepat.

Sementara itu, anggota DPRD Binjai, Ronggur Simorangkir menegaskan bahwa Pemko Binjai harus aktif membantu proses pemulangan.

"Anak-anak itu korban dan mereka warga Binjai. Harus dilindungi dan diselamatkan," tegas Ronggur.

Selain kasus Cikal, warga Binjai lain bernama Dian alias Pesek (33) juga dikabarkan hilang kontak di Kamboja.

Dian diketahui berangkat ke Kamboja pada Agustus 2024 untuk bekerja sebagai admin judi online. Namun sejak Oktober 2024, keluarganya tak lagi bisa menghubunginya.

Sebelumnya, video berdurasi 63 detik sempat viral menampilkan empat pria yang mengaku warga Kota Binjai meminta pertolongan untuk pulang dari Kamboja.

Mereka diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan disiksa di tempat kerja.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh kepada bapak Wali Kota Binjai yang terhormat, bapak Amir Hamzah dan bapak Wakil Walikota Binjai, Hasanul Jihadi. Pak, mohon bantu kami di sini, kami warga Binjai yang saat ini terlantar di Kamboja," kata Cikal dalam video yang dilihat wartawan, Rabu (30/4/2025).

"Sudah tiga hari kami tak makan. Kami disiksa tempat kerja kami, Pak," sambungnya.

Dalam video tersebut, Cikal mengaku tidak memiliki uang bahkan untuk makan, dan berharap pemerintah bisa membantu mereka pulang.

"Kami gak ada pegang uang, untuk makan saja kami tidak bisa, Pak. Mohon pak, bantuannya agar kami bisa pulang lagi ke Kota Binjai tercinta, Pak," lanjutnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Respon Pemko Usai Viral Video Warga Kota Binjai Disiksa di Kamboja dan Ngaku 3 Hari Tak Makan

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul KBRI Phnom Penh Ungkap Ada WNI di Kamboja Akting Ditelantarkan Ternyata Pelaku Kambuhan

https://medan.kompas.com/read/2025/05/16/173049378/warga-binjai-ngaku-telantar-di-kamboja-ternyata-pernah-dipulangkan-tapi-balik

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com