Salin Artikel

Warga Medan Tolak Digusur, Bentrok Pecah, Jalan Krakatau Diblokade

Aksi penolakan warga ini berlangsung sejak pagi.

Mereka duduk di jalan memblokade Jalan Alumunium dan Jalan Krakatau, membentangkan spanduk, dan menyuarakan orasi, menolak upaya eksekusi yang dinilai tidak melalui proses mediasi.

Sementara itu, ratusan personel gabungan dari TNI, Polri, Satpol PP, dan Damkar telah bersiaga di lokasi untuk mengamankan jalannya eksekusi.

Terlihat para petugas melakukan apel pagi dan menerima arahan terkait proses eksekusi.

Namun, ketegangan meningkat ketika warga mencoba menghalau aparat. Bentrokan kecil sempat terjadi, diawali aksi saling dorong antara warga dan petugas.

“Pergi dari sini, jangan ke sini!” teriak sejumlah warga kepada petugas.

Petugas sempat mencoba melakukan mediasi agar situasi tetap kondusif. Namun, upaya tersebut tak diindahkan warga.

Beberapa kali pendekatan dilakukan, namun tidak membuahkan hasil. Situasi semakin memanas saat warga mengetahui keberadaan satu unit eskavator yang disiagakan untuk eksekusi.

Akhirnya, aparat kepolisian dan petugas dari PN Medan memilih untuk menarik diri dan membatalkan eksekusi.

Bentrok dan Warga Terluka

Meski telah dibatalkan, emosi warga sempat memuncak kembali ketika melihat petugas pembantu dari PN Medan masih berada di lokasi.

Kejadian itu memicu aksi kejar-kejaran hingga bentrokan antara warga dan petugas Brimob tak terhindarkan.

Akibatnya, dua warga dilaporkan mengalami luka serius.

Satu orang mengalami luka parah di bagian wajah, sementara satu lainnya mengalami luka di bibir, diduga akibat pukulan petugas.

Warga kemudian menuntut pertanggungjawaban dari aparat atas insiden tersebut. Namun, tidak ada satu pun anggota yang mengakui tindakan kekerasan tersebut.

Kapolres Belawan AKBP Wahyudi Rahmat yang berada di lokasi langsung menarik seluruh personelnya dan menyampaikan permintaan maaf kepada warga.

Pengacara Warga: Eksekusi Sepihak

Irwansyah Gultom, pengacara warga Jalan Aluminium, menyayangkan tindakan PN Medan yang dinilainya sewenang-wenang dan tidak mengikuti prosedur hukum.

“Hari ini kami menyesalkan sikap tindakan tegas terhadap pengadilan, di mana melakukan eksekusi secara sepihak dan tidak ada satu pun warga yang turut ikut mediasi, ujung-ujungnya disuruh keluar dari tanah ini,” kata Irwansyah.

Ia menyebut bahwa seharusnya hari itu merupakan jadwal mediasi, bukan eksekusi.

Menurutnya, warga telah menempuh jalur hukum dengan mengajukan praperadilan untuk melawan eksekusi tersebut.

“Warga di sini sudah melakukan perlawanan terhadap tanah mereka, yang di mana sudah puluhan tahun tinggal di sini. Jika hanya gudang yang akan dieksekusi, maka akan terjadi juga eksekusi lahan tanah warga,” jelasnya.

“Itu eksekusinya ada 17 hektare yang akan dieksekusi. Jika di situ hanya gudang saja tidak apa, ini juga ada rumah warga di gedung tersebut,” tambahnya.

Latar Belakang Eksekusi

PN Medan merencanakan penyitaan lahan seluas 17 hektare yang diklaim milik Fakhruddin Parinduri.

Di tahap awal, PN hanya akan mengeksekusi kawasan pergudangan. Namun warga menolak karena khawatir eksekusi akan berlanjut ke permukiman mereka.

Akhirnya, mempertimbangkan situasi yang kian tak kondusif dan potensi kekerasan yang lebih besar, PN Medan dan aparat gabungan memutuskan mundur dan membatalkan proses eksekusi.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul NYARIS Baku Hantam! Ribuan Warga Tanjung Mulia Usir Polisi dan Juru Sita Pengadilan

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul 2 Warga Jalan Aluminium Medan Terluka Usai Terlibat Bentrok saat Tolak Eksekusi Lahan,

https://medan.kompas.com/read/2025/07/17/120743278/warga-medan-tolak-digusur-bentrok-pecah-jalan-krakatau-diblokade

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com