Salin Artikel

Kala Desakan Bayar Sewa Rumah dan Terlilit Utang Berujung Maut di Medan

MEDAN, KOMPAS.com - Desakan membayar uang sewa rumah memicu Riswan Lubis (41), tukang servis CCTV di Kota Medan, membunuh lansia berumur 72 tahun, Amima Agama.

Pagi itu, Riswan menerima telepon dari Amima yang telah menjadi pelanggannya sejak tahun 2016 pada Sabtu (19/7/2025).

Amima meminta untuk memperbaiki CCTV rumahnya.

Sekitar pukul 08.00 WIB, Riswan tiba di kediaman korban, di Jalan Balai Desa.

Didapatinya korban hanya ditemani suaminya yang duduk di sofa ruang tamu.

Kondisi suami korban, berusia 73 tahun, telah mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan.

Sesuai pekerjaannya, Riswan lekas memperbaiki DVR CCTV yang berada dekat kamar belakang korban.

Pelaku pun meminjam pisau cutter untuk memotong beberapa kabel. Saat menerima pisau itu, pelaku menyinggung hendak meminjam uang Rp 3 juta.

Namun, korban menolak memberikan jika CCTV-nya belum selesai diperbaiki. Emosi Riswan terpantik hingga menodongkan cutter ke wajah Amima.

Spontan, Amima memukul tangan Riswan lalu berteriak minta tolong.

Takut aksinya diketahui warga, Riswan memiting dan membekap mulut korban dengan tangan.

Korban melawan dengan menggigit jari pelaku.

"Lalu pelaku membekap pakai handuk, melukai leher menggunakan cutter, dan membenturkan kepala korban berkali-kali ke lantai," kata Kapolrestabes Medan Kombes Gidion Arif Setyawan saat menggelar konferensi pers di lokasi kejadian pada Jumat (25/7/2025).

"Wajah korban juga dibekap pakai bantal. Tujuannya agar korban tak bisa berteriak lagi," tambahnya.

Nahasnya, korban berakhir tewas secara mengenaskan.

Riswan pun ke kamar mandi untuk mencuci bercak darah yang ada di tangannya.

Tak ingin aksinya berujung sia-sia, Riswan mengambil obeng dan membongkar lemari kamar korban.

Didapatinya segepok uang rupiah dan asing, perhiasan, dan tiga unit ponsel.

Setelah itu, Riswan berusaha bersikap normal dan pamit dengan suami korban yang tak menyadari istrinya dibunuh.

Riswan pergi dari lokasi menuju arah Jalan Nibung.

Di sana, Riswan memberi tiga ponsel korban ke tukang becak yang sedang tertidur.

Tujuannya, agar tak ada jejak atau bukti korban pernah menghubungi nomor ponselnya.

Kemudian, pelaku beranjak ke Simpang Limun untuk menjual beberapa perhiasan korban sehingga didapatinya uang sekitar Rp 27 juta.

Sehabis itu, Riswan membayar utang ke kakak iparnya.

Pada Selasa (22/7/2025), pelaku bersama keluarganya merental mobil untuk jalan-jalan ke Padang.

Besoknya, dia melanjutkan perjalanan ke Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan.

Saat singgah di rumah makan, petugas Satreskrim Polrestabes Medan pun meringkus pelaku.

Adapun kedua kaki pelaku ditembak karena melawan saat petugas melakukan pengembangan.

Hasil interogasi, Riswan mengakui segala perbuatannya.

Motifnya bermula dari adanya desakan untuk membayar uang sewa rumah senilai Rp 3 juta dan utangnya yang lain.

Kini, Riswan telah ditahan di Satreskrim Polrestabes Medan untuk diproses hukum lebih lanjut.

Ia disangkakan Pasal 338 Jo Pasal 365 ayat 3 KUHPidana.

https://medan.kompas.com/read/2025/07/25/203057878/kala-desakan-bayar-sewa-rumah-dan-terlilit-utang-berujung-maut-di-medan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com