Sejak lama, lulusan SMK Telkom 2 Medan itu memiliki keinginan untuk bekerja di luar negeri. Salah satu negara yang ingin dikunjunginya adalah Kamboja.
Namun, sang ibu, Lanniari Hasibuan (53), menolak permintaan tersebut karena menilai Kamboja berbahaya.
“Awalnya anak saya minta izin untuk ikut study tour, tapi saya tolak. Lalu, ia minta izin untuk interview di salah satu bank, dan itu saya izinkan,” ujar Lanniari saat ditemui di rumahnya, Jumat (15/8/2025).
Pamit Interview, Pergi ke Kamboja
Lanniari sempat ingin mendampingi Nazwa mengikuti interview di salah satu kantor cabang bank di Medan.
“Pada 28 Mei sekitar pukul 05.00 WIB, Nazwa sudah berangkat dari rumah. Saya sempat bangun, tapi karena lelah dan mengantuk, saya tidak terlalu memperhatikan,” tuturnya.
Keesokan harinya, Lanniari menerima pesan WhatsApp dari Nazwa yang mengatakan telah meninggalkan kunci rumah di jendela.
Saat dihubungi, Nazwa hanya meminta komunikasi lewat SMS.
Beberapa hari kemudian, kabar mengejutkan datang. Nazwa ternyata sudah berada di Bangkok, Thailand.
“Saya sempat pingsan saat mendengar itu. Waktu saya tanya dengan siapa ke Bangkok, Nazwa bilang bersama teman PKL-nya. Tapi setelah saya desak, ia mengaku pergi sendiri,” ungkap Lanniari.
Kabar dari KBRI: Dirawat, Lalu Meninggal
Pada 7 Agustus 2025, Lanniari mendapat kabar dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh bahwa Nazwa sedang sakit dan dirawat intensif di State Hospital, Provinsi Siem Reap, Kamboja.
Namun, Lanniari mengaku dilarang KBRI untuk berangkat ke Kamboja.
"KBRI melarang saya datang ke Kamboja karena katanya anak saya benci melihat saya. Mereka sarankan adik saya atau keluarga lain yang berangkat," kata Lanniari.
Pada 12 Agustus, keluarga kemudian mendapatkan kabar bahwa Nazwa meninggal dunia.
“Saya dapat kabar tanggal 7 Agustus anak saya dirawat di RS, dan kemarin, 12 Agustus, saya kembali dikabarkan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” ucap Lanniari dengan suara bergetar.
Terkendala Biaya Pemulangan Jenazah
Hingga kini, jasad Nazwa masih berada di State Hospital, Kamboja.
Lanniari mengaku pasrah karena biaya pemulangan jenazah anaknya mencapai 8.500 Dollar Amerika atau sekitar Rp 138 juta.
"Saya tidak punya uang sebanyak itu. Saya sangat berharap pemerintah membantu pemulangan jenazah anak saya," ujarnya lirih.
Sambil menahan air mata, Lanniari berharap pemerintah pusat maupun daerah dapat turun tangan membantu kepulangan putrinya ke tanah air.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Pilunya Nasib Nazwa, Berawal dari Izin Interview Bank, Malah Tewas Tragis di Kamboja
https://medan.kompas.com/read/2025/08/18/053000378/kisah-tragis-nazwa-pamit-interview-kerja-di-bank-berakhir-tewas-di-kamboja