Salin Artikel

Sekretaris Unsri: Mahasiswa yang Perintahkan Cium Kening Maba Bisa Dipecat

OGAN ILIR, KOMPAS.com - Pihak Universitas Sriwijaya (Unsri) Indralaya, melalui Sekretaris Rektor Prof Dr Alfitri MSi, mengatakan, tidak menutup kemungkinan mahasiswa yang terlibat atau memerintahkan aksi saling cium kening antar-mahasiswa baru Fakultas Pertanian Unsri Indralaya Palembang, Sumatera Selatan, yang videonya viral beberapa hari lalu diberi sanksi pemecatan sebagai mahasiswa Unsri.

Semua bergantung pada pemeriksaan yang dilakukan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Kekerasan Universitas Sriwijaya yang diketuai oleh Nesya Angru Adisti dengan jumlah 13 orang dan saat ini sedang bekerja.

"Nanti akan kami pertimbangkan data-data, kami ada tim investigasi, nanti kalau dia pelanggaran berat bisa saja mahasiswa yang bersangkutan dipecat, tetapi ini keputusan rektor," tegas Prof Alfitri, Selasa (23/9/2025), di Indralaya Ogan Ilir.

Alfitri menambahkan, meski kemungkinan sanksi pemecatan itu ada, hal itu tidak mudah dilakukan.

"Ada pertimbangan-pertimbangan (untuk sampai ke pemecatan), nanti apa pun hasil dari tim satgas akan langsung kami umumkan," imbuh Alfitri.

Dalam kesempatan itu, Alfitri memastikan bahwa kegiatan yang diduga perpeloncoan yang viral di dalam video bukanlah kegiatan perpeloncoan seperti yang terjadi di masa lalu.

Kegiatan tersebut adalah kegiatan Tekper Cleaning yang diikuti oleh mahasiswa baru dengan jumlah sekitar 120 mahasiswa.

"Jadi, harus kami jelaskan bahwa itu bukan perpeloncoan, tidak ada lagi perpeloncoan di Universitas Sriwijaya, tetapi itu adalah kegiatan Tekper Cleaning yang diawasi oleh para pembina. Saat peristiwa itu terjadi, sebenarnya sudah di luar jadwal karena kegiatan yang resmi sudah selesai. Saat pembina masuk ke ruangan, itulah peristiwa itu terjadi," kata Alfitri.

Atas kejadian itu, Alfitri mewakili rektor dan seluruh civitas akademika Universitas Sriwijaya menyatakan permintaan maaf dan berjanji akan lebih meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan kemahasiswaan dengan melakukan sosialisasi kepada mahasiswa, terutama mahasiswa angkatan lama, agar kejadian seperti itu tidak terjadi lagi.

"Kejadian tersebut adalah antara mahasiswa senior dan mahasiswa baru. Ini juga sudah ada pendampingan, tetapi namanya mahasiswa tetap saja mencari ruang untuk tetap melakukan yang menurut mereka biasa, tetapi menurut publik itu tidak pantas," tuturnya.

"Untuk itu, kepada (mahasiswa) senior, kami sudah wanti-wanti agar tidak terjadi perundungan itu karena sudah mengganggu ranah privasi sebagai individu mahasiswa," ucap Alfitri.

Pembantu Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Penjaminan Mutu Fakultas Pertanian Unsri, Herpandi, mengatakan, sejak jam 9 pagi hari ini sudah dilakukan pemeriksaan oleh satgas terhadap 15 sampai 20 mahasiswa, baik mahasiswa yang termasuk bagian dari kepanitiaan maupun mahasiswa baru angkatan 2025.

"Sejak jam 9 mulai dilakukan pemeriksaan, kami tidak ikut campur, kami serahkan semua ke satgas," ucap Herpandi.

Herpandi menolak dikatakan pihak Fakultas Pertanian lalai sehingga terjadi peristiwa yang viral tersebut.

Menurutnya, mereka sudah membuat surat tugas untuk setiap aktivitas yang selalu mengedepankan tanggung jawab yang didampingi pembina.

"Kelalaiannya adalah di saat itu terjadi karena kegiatan tersebut berlangsung pukul 15.30 WIB di saat acara sudah selesai," terang Herpandi.

Diberitakan sebelumnya, viral video mahasiswa baru yang diperkirakan diperintah melakukan aksi cium kening terhadap sesama mahasiswa baru saat kegiatan Tekper Cleaning Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya.

Video itu mendapat banyak tanggapan dari netizen yang berujung pada pihak Unsri melakukan klarifikasi dan memeriksa panitia yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

https://medan.kompas.com/read/2025/09/23/172639878/sekretaris-unsri-mahasiswa-yang-perintahkan-cium-kening-maba-bisa-dipecat

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com