Salin Artikel

Tragis, 7 PMI Sumut Meninggal di Kamboja Sepanjang 2025, Diduga TPPO

MEDAN, KOMPAS.com - Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Sumatera Utara menjadi sorotan publik setelah banyak yang menjadi korban penipuan online dan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja.

Menurut Sumarni Sinambela, pengantar ahli kerja dari Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sumut, jumlah warga Sumatera Utara yang meninggal di Kamboja mencapai tujuh orang sejak Januari hingga Oktober 2025.

"Ada 7 orang sejak Januari hingga Oktober 2025," ungkap Sumarni saat dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler, Selasa (14/10/2025).

Tewas Misterius hingga Melompat dari Lantai 3

Di antara ketujuh korban tersebut, terdapat tiga kasus yang mencolok.

Pertama, Azwar, warga Kabupaten Asahan, dilaporkan meninggal dunia pada 10 Juni 2025.

Dia awalnya dijanjikan pekerjaan oleh agennya di Malaysia, namun justru dipekerjakan di Kamboja.

Meskipun bidang pekerjaannya tidak disebutkan, Azwar diminta membayar uang sebesar Rp 40 juta karena tidak memenuhi target kerja.

Tragisnya, Azwar diduga tewas setelah melompat dari lantai tiga.

Kedua, Nazwa Aliya (19), warga Jalan Bejo, Gang Sejahtera, Dusun XVI, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, meninggal setelah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Kamboja.

Sebelum berangkat, Nazwa berpamitan kepada ibunya untuk mengikuti wawancara pekerjaan di salah satu bank pada 28 Mei 2025.

Namun, dia tidak kunjung kembali dan mengabarkan kepada ibunya, Lanniari, bahwa dirinya berada di Thailand untuk bekerja.

Pada 12 Agustus 2025, Lanniari menerima kabar duka bahwa Nazwa telah meninggal dunia di Kamboja.

Ketiga, Argo Prasetyo (25) dari Karang Rejo, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, meninggal dunia secara misterius di Kamboja pada Sabtu (4/10/2025).

Informasi terakhir yang diterima keluarga menyebutkan bahwa Argo diduga menjadi korban sindikat love scam atau penipuan berkedok cinta.

BP3MI: Berangkatlah dengan Resmi

Mianhot Pandiangan, staf pelindungan BP3MI Sumut menegaskan, Kamboja bukanlah negara tujuan penempatan tenaga kerja.

"Jadi kita ingatkan, jika ada keluarga di sana tolong informasikan. Saran kami, bila ingin kerja ke luar negeri, berangkatlah dengan resmi," ujarnya saat menerima laporan dari keluarga korban Argo Prasetyo.

Sebelumnya, data dari Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri mencatat terdapat 7.027 kasus penipuan online antara tahun 2021 hingga Februari 2025.

Sementara itu, terindikasi TPPO terdapat 1.508 kasus dengan 92 korban meninggal dalam waktu tiga bulan terakhir.

Dua provinsi dengan angka TPPO tertinggi adalah Sumatera Utara dan Jawa Barat, dengan Sumatera Utara mencapai sekitar 23 persen dan Jawa Barat sekitar 19 persen.

https://medan.kompas.com/read/2025/10/15/062157478/tragis-7-pmi-sumut-meninggal-di-kamboja-sepanjang-2025-diduga-tppo

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com