Salin Artikel

Sebelum Ditemukan Tewas Dalam Rumah, Mahasiswa di Medan Main Biliar bareng Teman

MEDAN, KOMPAS.com - Seorang mahasiswa bernama Bonio Raja Gadjah (18) ditemukan tewas di rumah keluarganya, di Gang Rambe, Desa Marindal II, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Abraham Taher, selaku teman sekelas korban di Jurusan Hukum Universitas Medan Area, mengaku sangat terkejut mendapati kabar Bonio tewas.

Abraham menceritakan, Kamis lalu masih berjumpa dengan Bonio.

Kala itu, Bonio masih mengikuti perkuliahan dan sempat nongkrong bareng teman-temannya.

"Kamis itu, pulang kuliah kami main biliar. Setelah itu, sekitar pukul 13.00 WIB, kami pulang ke kos masing-masing," ucap Abraham saat diwawancarai di lokasi pada Sabtu (15/11/2025).

Menurutnya, Bonio dikenal sebagai sosok yang ceria dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan mahasiswa.

“Inilah kami datang ke sini sama kawan-kawan yang lain. Mau lihat kondisinya. Rupanya mayatnya sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara. Kami masih semester satu. Baru-baru kuliah," ucap Abraham.

Di samping itu, Ramadani, selaku warga sekitar, mengaku mendapat kabar Bonio meninggal dunia pada Jumat (14/11/2025) malam.

Kala itu, dia melihat banyak orang di kediaman Bonio.

Ternyata, Bonio ditemukan meninggal dunia di dalam rumah sehingga mengeluarkan bau tak sedap.

"Kakaknya yang pertama buka pintu. Lalu, dilihat ada darah berceceran di lantai dan Bonio sudah meninggal dunia dalam kamar," kata Ramadani.

"Itulah katanya sepeda motor dan ponsel korban hilang," tuturnya.

Ramadani menuturkan, sehari-hari Bonio dikenal sebagai sosok yang ramah dan humoris.

Baru minggu lalu, dia sempat berkomunikasi dengan Bonio.

"Waktu itu dia minta uang sewa rumah karena ini kan kami sewa rumah orangtuanya. Kami bayarlah. Sempat juga dia cerita bannya bocor," ucap Ramadani.

Ia menuturkan, di dalam rumah itu Bonio biasanya tinggal bersama seorang kakaknya, sementara orangtua Bonio tinggal di Kabupaten Humbang Hasudutan.

Pantauan Kompas.com di lokasi, rumah Bonio tampak sepi. Gerbang besi rumahnya terkunci.

Garis polisi pun melintang di pagar besi rumahnya.

Di sisi lain, Kepala Unit Reskrim Polsek Patumbak Iptu Omrin Siallagan menyampaikan akan mengecek kejadian tersebut.

"Bentar ya, saya cek," kata Omrin kepada Kompas.com melalui saluran telepon.

Sebelumnya diberitakan, Diva Utami Nengsih (22) tak berhenti menangis ketika mayat adiknya, Bonio Raja Gadjah (18), dibawa ambulans dari Rumah Sakit Bhayangkara Medan pada Sabtu (15/11/2025).

Rencananya, jenazah Bonio akan dibawa ke rumah duka di Desa Parmonangan, Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasudutan, Sumatera Utara.

Diva menceritakan, mulanya selama dua hari Bonio tak bisa dihubungi keluarga.

Sang ayahnya pun memintanya untuk mengecek Bonio di rumah, Desa Marindal II.

"Posisi saya memang lagi di Tembung karena kerja sebagai ahli gizi MBG," kata Diva saat diwawancarai di Rumah Sakit Bhayangkara Medan pada Sabtu (15/11/2025).

Diva pun mendapati hal janggal setibanya di rumah pada Jumat (14/11/2025), sekitar pukul 20.00 WIB.

Gerbang besi rumahnya dikunci tidak seperti biasanya.

"Gerbang itu dikunci bagian atas, tengah, dan bawah. Ini yang dikunci cuma bagian tengah. Terus pintu rumah itu juga dikunci dari dalam pakai kunci engsel," kata Diva.

"Nah, kami biasanya enggak gitu. Saya bukalah dari kunci engsel dari jendela depan rumah. Terus saya cium bau amis," tuturnya.

Usai membuka pintu, Diva terkejut mendapati darah berceceran di lantai ruang tamu, adanya bercak kaki, hingga barang-barang di sekitar berantakan.

Saat masuk ke kamar, Diva syok melihat Bonio tewas dengan kondisi telentang di atas lantai.

"Karena ketakutan saya langsung panggil warga. Jadi, rumah itu terkunci semua dan dia ada di dalam. Barang yang hilang, sepeda motor, ponsel, dan dompet," ucap Diva.

https://medan.kompas.com/read/2025/11/16/131713078/sebelum-ditemukan-tewas-dalam-rumah-mahasiswa-di-medan-main-biliar-bareng

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com