Salin Artikel

Antre BBM Berjam-jam, Harga Eceran Melonjak: Warga Sumut Mengaku Kehilangan Waktu dan Penghasilan

Pantauan tim Kompas.com yang melakukan perjalanan melewati Medan hingga Pematangsiantar, pemandangan serupa terlihat di semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina.

Sejak perjalanan dimulai dari Bandara Internasional Kualanamu, Medan pada Selasa (2/12/2025) siang hari hingga malam hari di kawasan Pematangsiantar, SPBU dipenuhi antrean panjang kendaraan yang mengular hingga ke jalan raya.

Sepeda motor, mobil, dan bus antarkota turut memadati area SPBU untuk mengisi BBM hingga memakan setidaknya satu ruas jalan.

Antrean ini tidak hanya menimbulkan padatnya pemandangan, tetapi juga menyebabkan kemacetan parah, memaksa kendaraan lain berebut jalur yang tersisa.

Bunyi klakson yang mengisyaratkan warga pencari BBM untuk menepi dari tengah jalan pun terdengar setiap kali melintasi SPBU.

Bahkan, di dalam Rest Area KM 46,5 di ruas tol Medan-Siantar, antrean BBM mengular hingga lebih dari 1 kilometer pada malam hari.

Padahal, stasiun pengisian telah dibuka untuk melayani pelanggan dan beroperasi normal.

Picu kemacetan

Salah satu lokasi dengan antrean terparah terlihat di salah satu SPBU di Jalan Lintas Sumatera, Kecamatan Siantar Martoba, Pematangsiantar.

Di lokasi ini, antrean bahkan terlihat sampai memakan lebih dari satu lajur jalan, menyebabkan kemacetan lalu lintas yang cukup signifikan.

Satu jalur jalan raya dipenuhi oleh antrean kendaraan roda dua, sedangkan satu jalur lainnya diisi oleh mobil dan bus-bus yang turut membutuhkan suplai BBM.

Kepala Polsek Siantar Martoba, AKP Martua Manik menyebut, kondisi antrean panjang ini telah terjadi sejak beberapa hari lalu, bertepatan dengan bencana banjir yang melanda kawasan Sumatera Utara.

“Sekitar empat hari, ya. Sejak terjadi banjir, setiap hari antrean terus," ucap Martua saat diwawancarai Kompas.com di lokasi.

Panjangnya antrean, kata Martua, terjadi sejak SPBU dibuka pada pagi hari hingga tengah malam.

Menurutnya, penyebab utama antrean panjang kendaraan adalah masalah pada distribusi pasokan BBM akibat banyaknya akses yang terputus karena bencana.

“Beberapa truk tangki mereka (Pertamina) yang ke Aceh atau ke luar kota tidak bisa kembali dengan cepat, karena terkendala di jalan terkait dengan banjir kemarin, sehingga terjadi kendala keterlambatan pendistribusian,” kata dia.

Hal itu pun menyebabkan habisnya stok BBM, terutama jenis Pertalite di sejumlah SPBU kawasan Pematangsiantar.

"Banyak, di semua, hampir seluruh kota Siantar ini, bahkan Medan juga, itu banyak yang tutup, habis, jadi antrenya di sini," ucapnya.

Kondisi kelangkaan BBM ini jelas berdampak langsung pada berjalannya aktivitas harian masyarakat Sumatera Utara.

Antre berjam-jam

Salah satunya Adi, seorang warga Beringin, Siantar yang mengaku sudah menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendapatkan bensin.

“Ada sekitar seminggu lah (kelangkaan BBM). Sudah ada sekitar 6 jam lah ini saya antre, Bang. Dari jam 3 sore sampai jam 9 malam,” ungkap Adi saat ditemui Kompas.com di lokasi.

Adi mengaku sengaja menyisihkan waktunya sejak sore hingga malam hari agar bisa mengisi BBM untuk mobil sekaligus motornya.

Sebab, antrean pada pagi hari menurutnya bahkan jauh lebih parah dibanding saat malam.

"Jadi awal tadi sore mengisi dulu buat mobil, lalu setelah dapat, langsung tukar isi motor. Biar gampang kalau mau kerja dan antar anak sekolah," ucapnya.

Harga BBM eceran meroket

Lebih lanjut, ia menyoroti dampak lain dari kelangkaan ini, yakni meroketnya harga BBM eceran di perkampungan.

“Kalau yang jual ketengan malah cari keuntungan orang itu, Rp 20.000 lah per liter dibikin,” katanya.

“Biasanya Rp 12.000 kan? Ini naik gara-gara langka minyak kayak gini, dibikinlah Rp 20.000. Ada yang menjual Pertamax Rp 30.000. Jadi, ajang-ajang mumpung lah jadinya dibikin pedagang-pedagang apa," tutur dia. 

Dampak yang lebih parah dirasakan oleh Rajimin (70), seorang pengemudi ojek online paruh baya yang harus ikut mengantre berjam-jam.

Sebagai pekerja yang mengandalkan bensin sehari-hari, waktu yang habis untuk mengantre BBM sangat merugikan penghasilannya.

“Tadi siang aku dari sini enggak bisa, habis. Inilah baru. Sudah kurang lebihlah satu jam (mengantre),” kata Rajimin.

Ia mengakui bahwa antrean yang semakin panjang membuat dirinya tidak berani mengambil orderan jauh karena khawatir mogok di jalan.

Bahkan, ia terpaksa menolak orderan saat tengah mengantre BBM.

“Ya, hilanglah (orderan), kan orang itu kan yang main telepon lah, aku bilang, ‘Enggak ada minyak.’ Sabar lah. Kalau mau sabar, tolong, kalau enggak, ambil ojek yang lain,” ujarnya.

Sebagai warga yang terkena dampak langsung, Adi berharap agar krisis bencana maupun kelangkaan BBM ini segera berakhir.

Ia menyayangkan waktu berharga yang terbuang sia-sia di tengah antrean dan meminta adanya solusi nyata dari pihak berwenang.

“Ya, kayak mana biar apalah ke depannya, biar enggak sampai kayak gini kalilah ngantre," ucap dia. 

Harapan warga 

Ia juga berharap agar aparat turut menindak para pengecer yang memanfaatkan situasi sulit ini untuk meraup keuntungan berlipat-lipat.

Ia menegaskan bahwa BBM yang mereka beli adalah kebutuhan pokok yang dibayar, bukan sesuatu yang gratis.

“Padahal kita kan beli minyaknya, bukannya kita minta-minta gratis minyak ini, beli kami," tuturnya.

Sementara itu, Rajimin mengungkapkan harapan yang sangat sederhana.

Ia hanya menginginkan agar pasokan BBM kembali normal, sehingga ia bisa kembali bekerja tanpa rasa cemas.

“Ya, mudah-mudahanlah normal seperti biasa. Jangan seperti susah gini, semua masyarakat itu, kan? Ada lagi stoknya,” ucapnya.

Ia berharap, pemerintah dan Pertamina dapat segera menyelesaikan masalah distribusi agar para pekerja harian seperti dirinya tidak terus menerus kehilangan pendapatan dan waktu.

"Kalau gini terus, takut kami jalan jauh-jauh, kan? Mogok di jalan? Jadi makanya inilah, enggak berani jauh bawa sewa," tuturnya.

Baginya, kelancaran pasokan BBM adalah kunci agar ia tidak perlu lagi menolak orderan dan tidak perlu khawatir motornya mogok di jalan saat mencari nafkah.

SPBU 24 jam

Region Manager Retail Sales Pertamina Sumbagut I, Gusti Bagus Suteja sebelumnya menyampaikan, antrean pengisian BBM di SPBU terjadi karena adanya keterlambatan pendistribusian BBM akibat banjir di Sumatera. 

Namun, situasinya kini sudah terkendali dan stok BBM di Sumut dipastikan aman.

“Stok BBM dan LPG sangat cukup, posisi stok kita cukup, sangat aman, kita ketahui dengan cuaca buruk kemarin ada sedikit gangguan dengan jalur distribusi kita, dan sekarang penyaluran ke SPBU sudah berjalan normal kembali, jadi konsumen tidak perlu khawatir,” ujar Gusti Bagus di Posko Tim Tanggap Darurat Bencana Sumut di Jalan AH Nasution, Medan, Minggu (30/11/2025).

Untuk memberikan pelayanan maksimal, Pertamina membuka SPBU selama 24 jam. Pada tahap awal, prioritas pelayanan difokuskan di Kota Medan, sehingga diharapkan antrean pembelian BBM yang sempat terjadi dapat berangsur normal.

https://medan.kompas.com/read/2025/12/03/103946978/antre-bbm-berjam-jam-harga-eceran-melonjak-warga-sumut-mengaku-kehilangan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com