Salin Artikel

Cerita Pengungsi Banjir Sumatera di Jalan Pemuda Langkat: Pagi Makan Roti, Siang Mi

MEDAN, KOMPAS.com - Banjir setinggi enam puluh sentimeter masih menggenangi Jalan Pemuda, Kelurahan Pekan Tanjung Pura, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada Kamis (4/12/2025).

Perumahan warga di sekitar lokasi ikut terendam. Pantauan Kompas.com, sejumlah warga lalu lalang melewati genangan air menggunakan sepeda motor, sepeda, mobil, dan truk. Sebagian lainnya berjalan kaki sembari membawa bahan pangan seperti beras dan minyak makan.

Warga yang tinggal di pinggir jalan tampak sibuk menyelamatkan barang-barang berharga. Ada ibu-ibu mencuci piring di genangan, sementara anak-anak tampak mandi atau bermain air.

Sebagian besar warga yang memiliki rumah bertingkat memilih mengungsi di lantai dua. Mereka bertahan dengan persediaan makanan seadanya selama sembilan hari terakhir.

Junaidi (38), salah seorang warga, menyebut banjir mulai memasuki rumahnya sejak Kamis (27/11/2025) siang.

“Tingginya sampai sepinggang, sekitar delapan puluh sentimeter. Itu dari Kamis sampai sekarang banjirnya,” kata Junaidi saat diwawancarai di lokasi, Kamis (4/12/2025).

Pemilik rumah makan Minang itu mengevakuasi diri ke lantai dua bersama istri, seorang anak, dan dua karyawannya.

“Untuk bantuan ada dari komunitas, mahasiswa, dan swasta. Kalau dari pemerintah saya belum ada dapat,” ucap Junaidi.

“Kalau air bersih, ada mobil tangki yang selalu keliling. Setiap hari datang sore hari. Itu dari mahasiswa atau donatur juga,” sambungnya.

Ia menuturkan bahan pokok seperti beras, telur, dan gas elpiji semakin sulit ditemukan.

“Ini lah pakai gas harus sikit-sikit lah. Makanya ini pagi makan roti, siang indomie, kalau dapat nasi bungkus ya itu dimakan. Karena persediaan stok makanan sudah menipis,” ujarnya.

Ia berharap bantuan pemerintah dapat disalurkan lebih merata.

“Nah, untuk ke depan juga pemerintah itu harusnya sigap lah menyikapi informasi potensi bencana dari BMKG. Biar sedia payung sebelum hujan lah,” tuturnya.

Selain Jalan Pemuda, banjir juga menggenangi pemukiman di Jalan Perjuangan. Sejumlah warga mengungsi, termasuk Mahyudi (43), yang menyebut banjir kali ini terbesar selama dua belas tahun tinggal di Tanjung Pura.

Ia dan keluarganya mengungsi ke ruko milik saudaranya di Jalan T Amir Hamzah.

“Bukan kita gak mau ke posko pemerintah, tapi karena kita ada tempat keluarga. Kan yang lain masih ada lebih membutuhkan,” kata Mahyudi.

Ia menyebut ada tujuh kepala keluarga atau sekitar empat puluh orang tinggal bersama-sama. Mereka tidur beralaskan tikar dan selimut seadanya.

“Kalau kondisi di rumah saja masih tergenang banjir setinggi dada, sekitar tujuh puluh sentimeter lah,” sebutnya.

“Harapan ke pemerintah ya semoga tanggul yang jebol itu diperbaiki dan sungai itu keruk,” tutup Mahyudi.

https://medan.kompas.com/read/2025/12/04/210848278/cerita-pengungsi-banjir-sumatera-di-jalan-pemuda-langkatpagi-makan-roti-siang

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com