Salin Artikel

Diberhentikan RSUP Adam Malik, Ketua IDAI Sumut: Ada Tekanan...

MEDAN, KOMPAS.com - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Utara (Sumut) dr Rizky Adriyansyah mengaku menerima surat pemberhentian dari RSUP Adam Malik pada 2 Mei 2025.

Ia menduga kuat, surat itu dibuat karena ada tekanan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Surat itu dibuat 30 April, tetapi karena 1 Mei itu libur, jadi tanggal 2 baru saya terima suratnya," kata Rizky yang juga Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi IDAI kepada Kompas.com melalui saluran telepon pada Selasa (6/5/2025).

Dia menyampaikan, telah merespons surat itu dengan melayangkan surat keberatan kepada RSUP Adam Malik sejak 5 Mei 2025. Hal itu dilakukannya karena mendapati beberapa kejanggalan.

"Tentu saya sampaikan dulu keberatan. Jika tidak ada jawaban, atau jawabannya menurut kami belum logis, maka saya akan bawa ke jalur hukum seperti ke PTUN atau lainnya," ujar Rizky.

Dia menjelaskan, alasan pemberhentian dari RSUP Adam Malik berdasarkan hasil evaluasi.

Namun, janggalnya, pihak RSUP Adam Malik tidak menerangkan isi, dasar, maupun indikator evaluasi yang dimaksud.

Terlebih lagi, lanjut Rizky, selama ini hubungannya dengan pihak manajemen rumah sakit sangat baik.

Bahkan, dia tidak pernah diberikan surat peringatan apa pun sebagai tanda adanya pelanggaran.

"Jadi, surat itu muncul karena karena ada tekanan kekuasaan, dalam hal ini Kemenkes. Jadi, ada pesanan kekuasaan yang ingin saya diberhentikan atau putus kontrak," tegas Rizky.

Ia menduga kuat, surat itu dikeluarkan lantaran sikap Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menolak pengambilalihan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak oleh Kementerian Kesehatan.

"Saya bersuara tentang bagaimana seharusnya kolegium itu. Saya rasa surat itu sangat terkait dengan sikap organisasi IDAI," ucap Rizky.

"Karena sebelum saya, ada tiga dokter yang diberhentikan juga dari rumah sakit vertikal dan mereka pengurus IDAI," tambahnya.

Dia pun berharap, ke depan ada ruang dialog untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Namun, tidak dalam konteks mengubah sikap IDAI terkait kolegium.

"Saya akan membuka diri untuk media. Harapan saya juga, untuk pasien saya agar bersabar, tenang, dan tak perlu khawatir," ujar Rizky. 

Tanggapan RS

Sebelumnya diberitakan, Manajer Hukum dan Humas RSUP Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak, mengatakan, Rizky adalah dokter mitra berstatus ASN non-Kemenkes yang turut memberikan pelayanan di RSUP Adam Malik melalui perjanjian kerja sama pelayanan medis.

"Setelah melakukan serangkaian prosedur evaluasi internal, kami memutuskan untuk mengakhiri perjanjian kerja sama tersebut," kata Rosario kepada Kompas.com melalui saluran telepon pada Senin (5/5/2025).

"Dengan berbagai pertimbangan, dan mengembalikan yang bersangkutan kepada unit kerja tempatnya menjalankan tugas sebagai ASN," tuturnya.

Adapun Rosario tidak merinci apa kesalahan yang dilakukan dr Rizky berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Namun, Rosario memastikan, keputusan tersebut tidak akan menganggu pelayanan RSUP Adam Malik.

Sebab, terdapat dokter spesialis dengan keahlian yang sama di rumah sakit. "Sehingga semua pasien beliau akan tetap dilayani dengan baik di RS Adam Malik," ucap Rosario.

https://medan.kompas.com/read/2025/05/06/221813778/diberhentikan-rsup-adam-malik-ketua-idai-sumut-ada-tekanan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com