KOMPAS.com - Berbicara tentang peran perempuan dalam perjuangan melawan penjajah tidak akan lepas dari sosok Cut Nyak Dien.
Sebagai pahlawan nasional Cut Nyak Dien yang mendapat julukan Srikandi Indonesia telah menunjukkan kesetiaan dan rasa cinta yang begitu besar pada tanah air.
Baca juga: Ziarah ke Makam Cut Nyak Dien di Sumedang, Menteri PPPA Ingatkan Peran Perempuan Indonesia
Semasa perjuangannya, Cut Nyak Dien bisa mengobarkan semangat rakyat hingga menjadi sosok yang ditakuti oleh Belanda.
Baca juga: Mensos Risma Ziarah ke Makam Cut Nyak Dien, Kagum dengan Perjuangannya Mengusir Belanda
Melansir lama jabarprov.go.id, Cut Nyak Dien adalah sosok pahlawan nasional yang berasal dari Aceh Barat.
Baca juga: Anies: Masjid Cut Nyak Dien Bisa Jadi Contoh Masjid Ramah Lingkungan
Ia merupakan putri dari Teuku Nanta Setia, dan ibu yang seorang bangsawan dari daerah Lampagar.
Sosok Cut Nyak Dien yang lahir pada tahun 1848 kemudian tumbuh di tengah lingkungan bangsawan Aceh dan pendidikan agama yang kuat.
Suami pertama Cut Nyak Dien bernama Teuku Ibrahim, anak Teuku Abas Ujung Aron dari daerah Lamnga.
Suaminya pertamanya wafat dalam pertempuran melawan Belanda pada 29 Juni 1878.
Dari pernikahan pertamanya, mereka dikaruniai putri bernama Cut Gambang.
Cut Gambang kemudian menikah dengan Teuku Mayet Ditiro, dan keduanya meninggal bersama setelah ditembak oleh Belanda.
Selepas itu, Cut Nyak Dien menikah dengan seorang panglima perang bernama Teuku Umar Johan Pahlawan yang juga meninggal ditembak Belanda pada 11 Februari 1899 di Ujung Kalak, Meulaboh.
Cut Nyak Dien menghabiskan masa tuanya di Sumedang, Jawa barat setelah dibuang dan diasingkan oleh Belanda.
Kematian sang suami Teuku Ibrahim menjadi pemantik semangat perjuangannya melawan para penjajah.
Sejak kematian suaminya tersebut, Cut Nyak Dien kemudian bersumpah untuk menghancurkan para penjajah.
Pernikahannya dengan Teuku Umar membuat semangatnya untuk berperang semakin menggebu-gebu.