Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Istilah Galodo, Bencana Alam yang Menerjang Sumatera Barat

Kompas.com - 30/05/2024, 22:52 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Masyarakat di lima kabupatan dan kota di Sumatera Barat masih berduka atas bencana galodo yang terjadi pada Sabtu (11/5/2024) dini hari.

Bencana galodo tersebut berdampak pada beberapa wilayah di Lereng Gunung Marapi, yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang Panjang.

Adapun empat kabupaten terdampak parah ada di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Padang Pariaman.

Baca juga: Galodo Sumbar Tewaskan 41 Orang, Unand Izinkan Kuliah Daring

Selain merusak pemukiman warga, bencana galodo turut merusak tempat ibadah, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, lahan persawahan, lahan perikanan, saluran irigasi, dan masih banyak lagi.

Bencana tersebut juga sempat melumpuhkan lalu lintas dari Kabupaten Tanah Datar, Padang, hingga Solok.

Baca juga: Kisah Liza Mencari 5 Anggota Keluarganya yang Hilang Usai Galodo Sumbar Menerjang

Kejadian galodo yang melanda Sumatera Barat tersebut tidak hanya menimbulkan kerugian materi namun juga memakan korban jiwa.

Dari data Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops BNPB) per Kamis (23/5/2024) pukul 00.01 WIB dilaporkan bahwa jumlah korban jiwa pasca galodo di wilayah Sumatera Barat menjadi 62 orang.

Selain itu, tercatat masih ada 10 orang warga dari Kabupaten Tanah Datar yang dilaporkan hilang.

Baca juga: Tim SAR Terus Cari 10 Warga Tanah Datar yang Terseret Banjir Lahar

Apa itu Galodo?

Dikutip dari Kamus Minangkabau-Indonesia (1985) yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, istilah galodo memiliki arti tanah terban yang berbatu-batu, tanah longsor.

Sementara merujuk pada kejadian bencana di Sumatera Barat baru-baru ini, galodo digunakan untuk menyebut kejadian banjir lahar dingin (lahar hujan) yang terjadi di lereng Gunung Marapi.

Namun ada pula yang mengartikan galodo sebagai kejadian banjir bandang dan tanah longsor.

Penyebab Galodo Sumatera Barat 

Dilansir dari pemberitaan Kompas (13/5/2024), Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan penyebab dari kejadian bencana tersebut dalam konferensi pers daring BMKG, Minggu (12/5/2024).

Dwikorita mengungkap bahwa kejadian lahar hujan di aliran sungai-sungai yang berhulu dari lereng atas Gunung Marapi terjadi karena endapan material hasil erupsi gunung Marapi yang terendapkan di lereng-lereng, kemudian tersapu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Foto udara kondisi jalan nasional yang putus di kawasan Silaiang, Tanah Datar, Sumatera Barat, Minggu (12/5/2024).ANTARA FOTO via BBC Indonesia Foto udara kondisi jalan nasional yang putus di kawasan Silaiang, Tanah Datar, Sumatera Barat, Minggu (12/5/2024).

Menurutnya, banjir bandang terjadi ketika air hujan tertahan endapan vulkanik di hulu sungai, sehingga tidak mengalir ke hilir. Akumulasi air hujan yang terlalu banyak menjebol endapan tersebut, kemudian membawa material vulkanik berupa campuran pasir, batu, dan kerikil.

Selain banjir lahar hujan, dia menyebutkan bahwa sejumlah daerah di Sumatera Barat juga mengalami longsor. Bencana ini timbul akibat runtuhan batuan vulkanik dan dipicu hujan dengan intensitas lebat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengantar BBM Curian di Medan Ditangkap, Ngaku Dibayar Rp 500 Ribu

Pengantar BBM Curian di Medan Ditangkap, Ngaku Dibayar Rp 500 Ribu

Medan
Poster 15 Personel Polrestabes Medan DPO Dicopot dari Papan Pengumuman

Poster 15 Personel Polrestabes Medan DPO Dicopot dari Papan Pengumuman

Medan
Curi Sepeda Motor Warga untuk Beli HP dan Narkoba, Residivis di Medan Ditembak

Curi Sepeda Motor Warga untuk Beli HP dan Narkoba, Residivis di Medan Ditembak

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 20 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 20 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Medan
Pria Lansia 74 Tahun di Sergai Dirampok lalu Dibunuh Tetangganya

Pria Lansia 74 Tahun di Sergai Dirampok lalu Dibunuh Tetangganya

Medan
Polda Sumut Bantah 15 Anggota Polrestabes Medan Buron, Kenapa Terbitkan DPO?

Polda Sumut Bantah 15 Anggota Polrestabes Medan Buron, Kenapa Terbitkan DPO?

Medan
ASN Asal Jabar Diduga Terlibat Video Asusila Mirip Sekda Tapanuli Utara

ASN Asal Jabar Diduga Terlibat Video Asusila Mirip Sekda Tapanuli Utara

Medan
Lantik 3 Kepala Daerah di Sumut, Pj Gubernur: Percepat Perbaiki Layanan Publik

Lantik 3 Kepala Daerah di Sumut, Pj Gubernur: Percepat Perbaiki Layanan Publik

Medan
15 Oknum Polisi Masuk DPO, Polda Sumut Buka Suara

15 Oknum Polisi Masuk DPO, Polda Sumut Buka Suara

Medan
Polda Sumut Sebut 15 Personel Polrestabes Medan Bukan Buronan, tapi Dipecat Tidak Hormat

Polda Sumut Sebut 15 Personel Polrestabes Medan Bukan Buronan, tapi Dipecat Tidak Hormat

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Rabu 19 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Rabu 19 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Medan
Oknum Polisi di Medan Coba Mencuri dengan Modus COD, Jadi Buron sejak 2022

Oknum Polisi di Medan Coba Mencuri dengan Modus COD, Jadi Buron sejak 2022

Medan
Fakta Kasus 15 Anggota Polrestabes Medan Buron, Ada yang Sudah Ditangkap

Fakta Kasus 15 Anggota Polrestabes Medan Buron, Ada yang Sudah Ditangkap

Medan
15 Personel Polrestabes Medan Buron, Polda Sumut: Mereka Dipecat

15 Personel Polrestabes Medan Buron, Polda Sumut: Mereka Dipecat

Medan
Jambret Ponsel Pejalan Kaki, Pria di Medan Ditabrak Polisi Saat Hendak Kabur

Jambret Ponsel Pejalan Kaki, Pria di Medan Ditabrak Polisi Saat Hendak Kabur

Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com