Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Minta Pengusaha Beli TBS Sawit MInimal Rp 2.000 per Kg, Pengamat: Masuk Akal tetapi Terlalu Optimis

Kompas.com - 07/08/2022, 19:33 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) meminta agar pengusaha membeli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit milik masyarakat di atas harga Rp 2.000 pekan depan.

Zulhas menilai, harusnya harga TBS bisa naik karena pemerintah melalui Menteri Keuangan sudah mencabut pungutan ekspor.

“Artinya sawit per kilo pemerintah sudah kasih Rp 600. Jadi kalau harga kemarin Rp 1.200 tambah Rp 600 bisa jadi Rp 1.800. Kedua, hari ini sudah saya tanda tangan harga kemarin untuk bea keluarnya 288 dolar AS, sekarang cuma 50 dollar AS lebih. Artinya ada Rp 640 lagi sehingga ditambah Rp 1.800, harga TBS bisa Rp 2.440,” kata Zulhas, saat mendatangi Pasar Angso Duo Jambi, Selasa (2/8/2022).

Pengamat ekonomi Sumatera Utara Gunawan Benjamin menilai, harga tersebut masuk akal, namun terlalu optimis jika target terealisasinya dalam waktu sepekan ke depan.

Baca juga: Mendag Zulhas Minta Pengusaha Beli TBS Sawit Petani di Atas Rp 2.000 Mulai Pekan Depan

Pasalnya, hingga saat ini masih banyak petani yang terpaksa menjual TBS sawitnya di bawah Rp 1.000 per kg atau paling mahal masih di bawah Rp 1.500 per kg.

"Hasil pantauan saya, ada petani yang menjual TBS di harga Rp 700 per kilogram, petani lain menjual di kisaran Rp 1.350 per kilogram. Ada banyak ragam harga TBS di tingkat petani. Jadi, perjalanan menuju Rp 2.000 atau Rp 2.400 masih panjang, tapi mungkin tidak butuh waktu yang terlalu lama," kata Gunawan kepada Kompas.com dalam pesan singkatnya, Sabtu (6/8/2022).

Nah yang tak kalah penting, menurut Gunawan, adalah bagaimana nanti jika harga TBS sudah berada di harga keekonomiannya.

Kekhawatiran yang muncul adalah harga minyak goreng (migor) curah naik. Saat ini, harganya sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET), bahkan ada yang di bawahnya.

Menurutnya, Pemerintah lebih mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pengendalian harga minyak goreng serta memastikan harga tetap sesuai HET, meski kebijakan ekspor kembali dibuka.

Gunawan berpikir, implemantasinya harus matang dan tidak merusak harga sekarang karena bisa memunculkan kembali polemik harga migor.

 

Ilustrasi perkebunan kelapa sawit. Petani mengumpulkan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Mendag meminta pengusaha membeli TBS sawit dari petani minimal Rp 2.000 per kilogram mulai pekan depan.KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES Ilustrasi perkebunan kelapa sawit. Petani mengumpulkan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Mendag meminta pengusaha membeli TBS sawit dari petani minimal Rp 2.000 per kilogram mulai pekan depan.

Di sisi lain, upaya mewujudkan harga TBS di atas Rp 2.000 bukan tanpa rintangan. Tekanan harga CPO belakangan kembali mencuat seiring dengan penurunan harga komditas energi yang turut menekan harga CPO. Apa yang ditargetkan Mendag adalah berbicara harga CPO saat ini.

"Bisa saja berubah kalau nanti ada perubahan yang cukup signifikan pada harga CPO global," ucap Gunawan.

Kesejahteraan petani kian memburuk

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara menyebut, Nilai Tukar Petani (NTP) anjlok 7.21 persen di level 108.85. Komoditas penyumbang penurunan adalah kelapa sawit, jagung dan ayam ras.

Pada Juli, harga kelapa sawit di tingkat petani berada dikisaran Rp 700 sampai Rp 1.500-an per kilogram. Jauh dari harga tertinggi yang sempat di atas Rp 3.000 per kilogram dan masih di bawah harga keekonomiannya sebesar Rp 2.300 sampai Rp 2.600 per kilogram.

Selain TBS, harga jagung juga merosot, pada Mei dan Juni menyentuh harga Rp 5.700 per kilogram. Saat ini harganya di tingkat pembeli akhir (pabrik pakan ternak) Rp 4.700-Rp 4.800 per kilogram.

Penurunan ini mendorong penurunan harga daging ayam, yang pada Mei menyentuh harga Rp 40.000 per kilogram. Sekarang, harganya Rp 28.000/kilogram di Kota medan.

"Penurunan harga komoditas ini menekan daya beli petani kita. Sejauh ini, petani hortikultura NTP-nya sudah di atas 100, untuk tanaman hortikultura dipicu kenaikan harga cabai. Untuk tanaman pangan, saya menilai, beban pengeluaran yang besar belum diimbangi peningkatan harga jual gabah yang ideal," kata Gunawan.

Bagaimana nasib petani ke depannya?

Gunawan menilai, petani dari tanaman hortikultura, indeksnya berpotensi kembali turun di Agustus. Seiring penurunan harga cabai.

NTP tanaman pangan berpeluang stagnan jika pemerintah tidak mengubah atau melakukan intervensi kebijakan pembelian gabah di tingkat petani.

"Seiring dengan kenaikan harga pupuk dan tingginya inflasi, petani kita terbebani dengan banyak pengeluaran, namun harga jual produk pertaniannya tertahan. Membuat harga beras saat ini di bawah harga keekonomiannya. Untuk petani sawit, saya yakin perlahan NTP-nya akan kembali pulih karena normalisasi kebijakan ekspor CPO dan produk turunan kelapa sawit sudah dilakukan," imbuhnya.

Baca juga: Gubernur Jambi Tetapkan Harga TBS Sawit Rp 2.016, Petani: Pabrik Masih Beli di Bawah Rp 1.000

Menurut Gunawan, pemerintah harus fokus memperbaiki daya beli petani untuk jenis tanaman hortikultura dan tanaman pangan. Harga pupuk yang semakin mahal membuat pengeluaran petani kian banyak. Sosialisasi penggunaan pupuk kompos yang memiliki efektivitas yang bersaing dengan pupuk kimia perlu digalakkan.

"Petani kita saat ini terbebani dengan tingginya biaya input produksi dan kenaikan biaya hidup. Sementara harga jual produk tanamannya diserahkan ke mekanisme pasar. Mereka tidak punya banyak pilihan untuk memperbaiki daya belinya. Khusus untuk petani sawit, jelas mereka mengalami tekanan saat ini, tapi saya melihat potensi pemulihan NTP-nya sangat terbuka," tuntasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com