Keberadaan Danau Sidihoni sangat penting bagi masyarakat karena air danau masih dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.
Masyarakat mengunakan air Danau Sidihoni baik untuk minum, mencuci, memandikan kerbau, atau kebutuhan lainnya.
Walau begitu, setiap hari mereka juga mengucap syukur kepada Mulajadi Nabolon dan permisi “marsattabi” terhadap para leluhur pendahulu setelah mengambil air dari danau ini.
Selain itu, terdapat mitos apabila air Danau Sidihoni berubah warna, dimaknai sebagai pertanda, bisa berupa pertanda baik atau buruk.
Jika air Danau Sidihoni jernih dan sedikit membiru,serta volumenya penuh maka itu merupakan pertanda baik.
Begitupun sebaliknya, jika airnya surut dan keruh maka merupakan pertanda akan adanya kejadian buruk.
Sayangnya kini kondisi air di Danau Sidihoni mulai surut dan terancam mengering.
Dilansir dari laman Antara, saat ini telah terjadi perubahan di Danau Sidihoni yang airnya mulai durut.
Diungkap tokoh masyarakat di daerah itu, M. Simalango (75) kepada Antara (5/9/2013), saat ini walau di musim penghujan justru kondisi air di Danau Sidihoni semakin menyusut.
Menurut penuturan warga sekitar, kondisi ini berawal dari bencana tsunami di Aceh (2014) yang disusul oleh gempa yang terjadi di Nias.
Dampak dari kedua peristiwa tersebut, keadaan air Danau Sidihoni tidak lagi normal seperti biasanya.
Air danau yang dulunya menutup dataran tersebut memang terlihat dangkal.
Tidak ada yang tahu ke mana air itu menghilang, namun warga menduga telah terjadi keretakan tanah di bawah permukaan air yang membuat air mengalir mengikuti keretakan tanah sesuai dengan sifatnya.
Sumber:
disbudpar.sumutprov.go.id
geopark2.calderatobageopark.org
sumut.antaranews.com
medan.tribunnews.com .
medan.tribunnews.com