Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusaknya Ekosistem Pesisir Timur Sumatera gara-gara Deforestasi Mangrove (Bagian 2)

Kompas.com - 14/09/2023, 13:52 WIB
Dewantoro,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

"Kerusakan itu bermula dari pengerukan pasir, akibatnya abrasi hebat tak terelakkan. Ini ancaman berbahaya bagi masyarakat karena sewaktu-waktu mereka tergusur," katanya.

"Jangan juga menyalahkan alam karena ini terjadi akibat tindakan yang sebenarnya tidak boleh dilakukan di pesisir," sambungnya.

Pengerukan pasir untuk pembangunan runway Bandara Kualanamu

Ketua Serikat Nelayan Deli Serdang, Abdul Ajid mengatakan, pengerukan pasir laut pada 2008 untuk kebutuhan pembangunan runway Bandara Internasional Kualanamu.

"Dulu pantai ini masih jauh, sekitar 200 meter. Salah satu penyebab abrasi adalah pengerukan pasir untuk Bandara Kualanamu. Dulunya mangrove di sini sangat bagus. Hitungan 10 tahun, sudah tergerus 200 meter. Hutan mangrove yang kami tanam ini 20 tahun lalu lenyap," ujarnya.

Wilayah tangkapan nelayan tradisional sejauh 12 mil. Namun faktanya, 200-300 meter dari bibir pantai, nelayan sudah bertemu dengan kapal dari daerah lain yang menggunakan alat tangkap tak ramah lingkungan. Alhasil, nelayan tradisional terpaksa mencari ikan lebih jauh.

"Jadi nelayan tradisional ini ada yang ke laut hitungan seminggu baru pulang, tapi ada juga ibu-ibu atau yang sudah tua cari ikan, kerang, kepiting dan udang di dekat-dekat sini. Nah ini sudah sedikit sekali tangkapan, semakin berlumpur. Sebelum ada pengerukan pasir tak pernah seperti ini," katanya.

Abdul berkata, berkurangnya tangkapan nelayan tradisional karena hilangnya mangrove.

Pihaknya dan kelompok tani maupun lembaga yang perhatian terhadap nasib nelayan dan pesisir sudah berupaya keras untuk terus melakukan penghijauan.

Saat ini sisa hutan mangrove hanya sedikit. Jika abrasi, air laut akan masuk ke daratan.

Selamat atau Amat menunjukkan kerang dara hasil dari budidaya di kawasan mangrove di Jalan Young Panah Hijau, Kecamatan Labuhan Deli, Kota Medan. Masyarakat sangat merasakan manfaat dari lestarinya mangrove yang penanamannya dilakukan secara swadaya kemudian didukung oleh sejumlah pihak.KOMPAS.COM/DEWANTORO Selamat atau Amat menunjukkan kerang dara hasil dari budidaya di kawasan mangrove di Jalan Young Panah Hijau, Kecamatan Labuhan Deli, Kota Medan. Masyarakat sangat merasakan manfaat dari lestarinya mangrove yang penanamannya dilakukan secara swadaya kemudian didukung oleh sejumlah pihak.

"Kalau laut semakin masuk ke daratan, siap-siap yang terburuk. Sudah ada buktinya, ratusan meter sudah ditelan laut," katanya.

Rehabilitasi mangrove

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumatera Utara, Yuliani Siregar mengatakan, berdasarkan data Peta Mangrove Nasional KLHK RI pada 2021, luas eksisting mangrove di Sumatera Utara seluas 57.490 Ha dengan luas hutan mangrove yang mengalami degradasi seluas 29.418 Ha.

"Penyebabnya terabrasi oleh air laut, lahan terbuka akibat perambahan, alih fungsi lahan menjadi tambak, pemukiman dan kebun sawit," katanya.

Upaya penanganan yang sudah dilakukan di antaranya kegiatan rehabilitasi mangrove berupa kegiatan penanaman, penyuluhan dan patroli yang dilaksanakan oleh UPT KPH setempat yang memiliki kawasan mangrove.

Baca juga: Menanam Mangrove, Mereduksi Emisi, Menuai Bisnis Keberlanjutan

Penanaman mangrove yang telah dilaksanakan di Sumatera Utara baik oleh UPT KPLHK, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara maupun Instansi terkait.

"Hingga 2022, (penanaman mangrove) mencapai 8.272 Ha yang tersebar di Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu Utara. dan Kota Tanjung Balai," katanya.

Liputan ini didukung oleh Rainforest Journalism Fund - Pulitzer Center.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com