Selanjutnya di masa pendudukan Jepang, gedung gereja tersebut dipergunakan sebagai gudang.
Hal ini membuat para jemaat harus berpindah ke gedung Gereja Gereformeerd atau yang sekarang menjad GKI.
Setelah pecahnya perang dunia ke-2, gedung gereja ini juga dipergunakan oleh jamaah dari gereja Anglican (Inggris).
Sebelum tahun 1949, jemaat beribadah menggunakan bahasa Belanda. Namun sejak tahun 1949 jemaat beribadah menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Belanda dan bahasa Indonesia.
Sebelumnya, pendeta yang bertugas pada saat itu ialah Pendeta Uktolseja. Kemudian, sejak bulan September 1959, gereja ini ecara penuh menjadi milik GPIB dengan nama GPIB "Immanuel" dengan pendeta pertamanya adalah Pendeta P. Souhoka.
Terdapat beberapa kali perubahan dari segi bangunan, yang pertama dilakukan pada tahun 1948 dengan mengganti lantai yang terbuat dari papan dengan ubin.
Kedua pada tahun 1961, yaitu renovasi pada dinding dan plafon karena sebagian telah rusak dimakan rayap.
Ketiga pada tahun 1992, dengan mengganti dinding menara dan pintu depan dengan keramik berwarna biru.
Seiring dengan bertambahnya jumlah jemaat serta pengembangan dalam persekutuan, pelayanan dan kesaksian, maka dilakukan beberapa penambahan dan renovasi bangunan GPIB Immanuel Medan secara bertahap.
Sumber:
tribunmedanwiki.tribunnews.com
medan.tribunnews.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.