Sementara itu Kepala Cabang Disdik Wilayah XIV Sumatera Utara, Yasokhi Hia, mengatakan kepsek SZ membantah menganiaya YN saat diperiksa pihaknya, Selasa (16/4/2024).
"Kepsek sudah kami BAP (berita acara pemeriksaan), dia (SZ) mengakui melakukan pembinaan, bukan menganiaya atau kekerasan, itulah jawaban beliau," ujar Yasokhi membeberkan hasil pemeriksaan Disdik terhadap SZ, saat dihubungi Kompas.com, melalui telepon seluler, Jumat (19/4/2024).
Kata Yasokhi berdasarkan pengakuan SZ, peristiwa bermula saat YN dan 7 teman sekelasnya menjalankan pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) di kantor Camat Siduaori.
Kemudian Sekretaris Camat Siduaori menelepon SZ pada Jumat (15/4/2024). Dia menyebut para siswa Prakerin sulit untuk disuruh bekerja.
"Sekcam menanyakan ke Kepsek apakah siswa prakerin bisa disuruh dan pada saat menelpon dan Kepsek mengatakan bahwa bisa, sekretaris camat menjawab saya pikir mereka tidak bisa disuruh, kalau tidak bisa disuruh sebaiknya mereka dijemput, hari Senin (18/3/2024)," ujar Yasokhi menirukan ucapan SZ.
Baca juga: Kepsek di Nias Penganiaya Siswa sampai Tewas Dibebastugaskan
Selanjutnya, kata Yasokhi, SZ meminta sekretaris camat memaklumi tingkah laku para siswanya. SZ saat itu berjanji akan mengevaluasi kedelapan siswa prakerin tersebut.
Keesokan harinya, 16 Maret 2024, SZ mengumpulkan kedelapan siswa tersebut termasuk YN ke dalam ruang kelas SMK Siduaori dengan didampingi dua guru.
Saat di ruang kelas itu lah, muncul informasi yang menyebutkan SZ menganiaya korban dan 7 orang temannya.
Namun, berdasarkan pengakuan SZ, itu sama sekali tidak terjadi. Dinas Pendidikan Sumatera Utara juga telah mengkonfirmasi ke tujuh siswa Prakerin yang dibina SZ.
Kata para siswa, di ruang kelas, SZ awalnya bertanya ke mereka dan YN, apakah benar mereka membuat masalah di kantor camat.
Awalnya mereka tidak mengaku, setelah didesak akhirnya para siswa mengakuinya.
"Mereka akui ada kesalahan, mereka sekretaris camat menyuruh mereka mengangkat genset, tetapi mereka (tidak mau), alasan siswa itu tidak dengar pak (saat disuruh), disitulah kepala sekolah mengepalkan tangannya, bukan ditinju tapi didorong ke kening ke delapan siswa tersebut," ujar Yasokhi.
Baca juga: Sebelum Meninggal, Siswa SMK di Nias Disebut Dibariskan dan Dipukul Kepala Sekolah
Yasokhi menjelaskan jumlah dorongan kepalan tangan itu bervariatif ke siswa tersebut, ada yang empat kali, tiga kali dan dua kali.
"Saya tanya kalau ke almarhum berapa kali? mereka jawab serentak 2 kali," ujar Yasokhi.
Namun kata tujuh saksi tersebut, dorongan itu tidak keras.
"Saat itu tidak ada diantara kami mengeluh sakit sama sekali, tidak ada yang jatuh saat itu, tidak ada yang oleng, waktu Kepsek melakukan pembinaan," ujar Yasokhi menirukan dialognya dengan para siswa saat pemeriksaan.
Sebelumnya diberitakan, YN (17), pelajar SMK Negeri 1 Siduaori, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, tewas diduga dianiaya kepala sekolahnya, SZ (37).
Korban diduga dipukul di bagian kening sebanyak lima kali oleh SZ. Usai dipukul, korban mengalami pusing di hari yang sama. YN sempat menjalani perawatan di rumah sakit.
Berdasarkan keterangan dokter, korban mengalami luka bekas pukulan di bagian kening sehingga membuat salah satu saraf tidak berfungsi. Keadaan ini membuat kondisi korban semakin parah hingga akhirnya meninggal pada 15 April.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.