KOMPAS.com - Kepala Dinas Pangan Provisi Sumatera Barat (Sumbar), Syahrul Bahri, bersama kepolisian melakukan penyelidikan atas dugaan adanya beras sintetis di wilayah Sumbar.
Dugaan tersebut muncul usai salah satu warga bernama Desi sempat jatuh sakit serta harus mendapat perawatan medis di rumah sakit akibat mengonsumsi beras sintetis.
Syahrul mengatakan, pihaknya telah meminta keterangan dari Desi. Namun, Syahrul belum bisa memastikan beras yang dikonsumsi Desi adalah beras sintetis atau bukan.
"Melihat secara fisik sudah, tapi kami belum bisa memastikan itu beras sintetis atau bukan," kata Syahrul, Rabu (4/10/2023), dikutip dari TribunPadang.com.
Dia menjelaskan, beras tersebut baru bisa dipastikan sintetis atau bukan setelah pemeriksaan di laboratorium selesai dilakukan.
Baca juga: Tak Ingin Masyarakat Ketergantungan Beras, Mbak Ita Kenalkan 10 Bahan Pangan Pendamping Beras
Syahrul menegaskan, penyelidikan yang komprehensif perlu dilakukan untuk dapat memastikan dugaan adanya beras sintetis di wilayahnya.
"Sekarang sedang proses, korban sudah diwawancarai tim Satgas, bukti sudah dikirim ke laboratorium Saraswati di Bogor," tandasnya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bukittinggi, Sumbar, mengimbau warganya tidak panik dengan dugaan adanya beras sintetis yang beredar di pasaran.
"Tentang informasi adanya beras sintesis yang beredar di Kota Bukittinggi, kami mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tetap tenang, dan waspada," ujar Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar, dikutip dari Antara.
Dia menyampaikan, pihaknya kini telah berkoordinasi dengan instansi terkait persoalan tersebut. Erman berjanji, apa pun hasilnya akan disampaikan kepada masyarakat.
Baca juga: Wujudkan Ketahanan Pangan, Pemkot Semarang Siap Gelar Festival Pendampingan Beras
"Kami mengimbau agar masyarakat membeli beras di tempat langganan dan terpercaya, serta jangan tergiur dengan beras yang murah, selain dari program pemerintah dan lembaga resmi," ucap Erman.
Erman juga meminta masyarakat mau melapor jika menemukan beras yang diduga terbuat dari bahan palsu.
"Jika menemukan beras dengan ciri-ciri mencurigakan, agar melaporkan melalui Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bukittinggi atau melalui kelurahan atau kecamatan untuk nantinya kami laksanakan uji laboratorium," jelasnya.
Sebelumnya, beras diduga palsu di Bukittinggi ditemukan di daerah Campago Ipuh oleh warga beberapa waktu lalu.
"Berasnya aneh, berbeda dengan biasanya, terlalu putih, cepat mengeras dan basi, serta juga berderai," ungkap Desi (30).
Baca juga: Harga Beras Mahal, Wali Kota Semarang Anjurkan Warga Konsumsi Ubi dan Jagung
Desi mengaku mengalami sakit komplikasi setelah mengonsumsi beras yang diduga sintetis itu.
Beras yang dibeli dengan harga Rp 5.000 per kg itu kemudian diperiksa langsung oleh pihak kepolisian untuk selanjutnya dicek laboratorium.
"Radang tenggorokan, pusing, dan demam tinggi, itu yang saya rasakan selama dua pekan setelah memakan beras ini," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.