MEDAN, KOMPAS.com - Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution menyoroti mahalnya harga avtur di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang. Menurutnya, kondisi ini membuat sejumlah maskapai penerbangan memilih mengisi bahan bakar di Malaysia maupun Jakarta.
“Jadi, kalau diperhatikan harga tiket dari Medan ke Jakarta, pasti lebih mahal daripada Jakarta-Medan. Kenapa? Karena kalau tiket Jakarta-Medan, dia ngisi minyaknya di Jakarta di Soekarno-Hatta, itu harga avtur lebih murah dibandingkan Kualanamu,” ujar Bobby saat silaturahmi dengan pimpinan media di rumah dinas Gubernur Sumut, Senin (25/8/2025).
Bobby menyebut harga avtur di Kualanamu mencapai Rp 14.500 per liter, sedangkan di Bandara Soekarno-Hatta Rp 12.000 per liter. Adapun di Malaysia, harganya berkisar Rp 9.000 hingga Rp 10.000 per liter.
Baca juga: Pertamina Produksi Avtur dengan Campuran Minyak Jelantah, Digunakan Perdana di Pesawat Pelita Air
Bahkan, menurut Bobby, ada maskapai swasta yang sengaja mengatur rute penerbangan agar bisa mengisi avtur penuh di Malaysia.
“Saya gak sebutkan maskapai apa, tapi maskapai swasta, dia biasanya ngambil rute-nya pintar. Jakarta terbang ke Medan, dari Medan, dia terbang ke Penang atau ke Kuala Lumpur, isi minyak full lah di sana. Lalu terbang lagi ke Kuala Namu, isi minyak sedikit saja, terbang lagi ke Jakarta,” jelasnya.
Ia juga menyebut tingginya harga avtur membuat maskapai asing kesulitan bertahan. “Hanya bertahan tiga bulan lalu keluar, karena begitu mereka mengisi avtur di sini, dengan pesawat besar, harganya mahal. (Sementara) mereka terbang ke sana dengan komposisi penumpang tidak begitu penuh, rugi lah,” katanya.
Bobby menilai persoalan ini harus segera diselesaikan bersama pemerintah pusat. Ia menegaskan penurunan harga avtur akan berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
Baca juga: Pesan Bobby kepada Kepala Bappelitbang Sumut: Buat Perencanaan, Jangan Copy Paste
“Kawasan Kualanamu yang hari ini mulai terlihat stagnan, nah ini bisa berkembang dengan baik. Ujungnya apa? Tenaga kerja terbuka, perputaran ekonomi di kawasan tersebut bisa berputar dengan baik,” ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang