Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Enam Ibu Tempuh 12 Jam Perjalanan ke Medan demi Beli Minyak Goreng, Seorang Hanya Dapat 4 Liter

Kompas.com, 17 Februari 2022, 07:51 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sakila Andini (45) dan enam rekannya rela menempuh perjalanan 12 jam dari Tapanlu Tengah ke Kota Medan demi membeli minyak goreng.

Mereka mengunjungi pusat perbelanjaan Lotte Mart Grosir yang berada di Jalan Gatot Subroto, Kota Medan pada Rabu (16/2/2022).

Dari pantauan Tribun Medan, Sakila dan rekannya beberapa kali bertanya kepada petugas agar bisa membeli minyak satu kardus.

Namun, petugas tetap tak mengizinkan Sakila dan 5 rekannya untuk mengambil satu kardus minyak.

Petugas kemudian menyarankan Sakila bersama rombongannya untuk membuat kartu member agar bisa mendapatkan 4 liter minyak goreng.

Baca juga: Pengusaha Kerupuk Merugi, Puluhan Jeriken Minyak Goreng yang Dibeli Ternyata Isinya Air

Jualan gorengan

Kepada Tribun Medan, Sakila mengaku datang dari Tapanuli Tengah hanya untuk membeli minyak goreng.

Sehari-hari, warga Jalan Muhajiri, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, itu berjualan gorengan.

Sementara minyak goreng di tempatnya hanya ada seminggu sekali. Bahkan tiga minggu terakhir, stok minyak goreng kosong.

"Udah tiga minggu ini minyak kosong. Sementara kita harus jualan gorengan pakai minyak, belum untuk rumah sendiri," tutur dia, Rabu.

Baca juga: Pesan Warga di Banyumas ke Pemerintah soal Kelangkaan Minyak Goreng: Cuma Omong Doang, Tolong Perhatikan Rakyat Kecil

Ia juga mengeluhkan bahwa harga minyak goreng di Kota Sibolga di dekat rumahnya mencapai Rp 40.000.

"Udah adanya seminggu sekali harganya juga Rp 40.000," terangnya.

Menurutnya, ada yang menjual minyak dengan harga Rp 14.000, tetapi penjualan hanya dilakukan beberapa kilo.

"Ada, tapi itu sepertinya baru dua sampai tiga kali aja itupun di Alfamart atau Indomart kalau di pasar- pasar itu masih harga Rp 40.000 dua liter," ucapnya.

Sakila juga mengaku ia tidak ikut mengantre saat minyak dijual dengan harga Rp 14.000 karena ia menyangka stoknya akan banyak.

Baca juga: Minyak Goreng di Kabupaten Bandung Langka, Disperindag Rencanakan Operasi Pasar

"Kita tidak ikut mengambil karena kan menurut kabar yang beredar katanya bakalan selamanya segitu dan kemarin stok minyak kita masih cukup," terangnya.

Namun, setelah seminggu mengelilingi Kota Sibolga, Sakila dan rekan-rekannya mengaku kesulitan mencari minyak.

Maka dari itu, pihaknya memutuskan untuk ke Kota Medan.

"Karena kabar minyak di Medan ada, jadi mau tidak mau kita ke sini hari ini. Itu pun bukan mencari harga Rp 14.000, tapi yang penting minyak ada," jelasnya.

Baca juga: Satgas Pangan Polri Temukan Satu Minimarket di Lampung Diduga Timbun Minyak Goreng untuk Kepentingan Pribadi

Ilustrasi minyak gorengDok. Pexels/ RODNAE Productions Ilustrasi minyak goreng
Setibanya di Kota Medan ternyata Sakila mendapatkan minyak seharga Rp 14.000.

"Syukur sekali karena dapat minyak seharga Rp 14.000 rencana mau ambil sekardus untuk jualan tapi tidak diperbolehkan hanya bisa ambil 4 liter minyak goreng," ucapnya.

"Itupun harus menjadi member Lotte Grosir dulu dan prosedurnya tadi lumayan ribet untuk kita yang udah tua seperti ini," terangnya.

Namun, agar bisa mendapatkan minyak dengan harga Rp 14.000 Sakila pun tetap mengikuti aturan yang ada.

Baca juga: Minyak Goreng Mahal dan Langka padahal Surplus, Pemprov Jatim: Tak Wajar

Sakila mengatakan keputusan pemerintah terkait harga minyak Rp 14.000 ini mempersulit masyarakat bukan malah membantu.

"Dengan adanya minyak Rp 14.000 masyarakat malah melakukan berbagai cara untuk dapat menyetok minyak sama seperti penggunaan masker awal-awal Covid dahulu," paparnya.

Sakila yang datang bersama lima orang temannya dari Sibolga ini juga mempertanyakan sebab sulitnya minyak di Kabupaten Tapapanuli Tengah khususnya Kota Pandan dan Sibolga.

"Jadi kemana minyak itu semua, apa mungkin ada masyarakat yang lakukan penyetokan minyak di rumahnya," terangnya.

Baca juga: Produksi Minyak Goreng di Jatim Surplus namun Langka di Pasaran, Polda Gelar Penyelidikan

Untuk itu ia berharap agar pemerintah Sumut untuk memantau dan mengawasi pemasokan minyak goreng di Kabupaten Tapteng.

"Karena kami yang berjualan gorengan sangat kesulitan mendapat minyak harapannya harga minyak standar saja tidak terlalu murah dan mahal agar masyarakat tidak menyetok minyak sangat banyak di rumahnya," tukasnya.

"Dengan adanya minyak Rp 14 ribu masyarakat malah melakukan berbagai cara untuk dapat menyetok minyak sama seperti penggunaan masker awal-awal Covid dahulu," paparnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun Medan dengan judul PERJUANGAN Emak-emak Sibolga ke Medan demi Beli Minyak Goreng, Rencana Borong Sekardus

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau