Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Bayi yang Kakinya Melepuh Setelah Ikuti Program Pemeriksaan Stunting

Kompas.com, 17 Maret 2023, 11:31 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com- Asriyani Syahfitri tergeletak di tempat tidur Rumah Sakit Umum Mitra Medika di Jalan Sisingamangaraja, Kecamatan Medanamplas, Kota Medan.

Dia mengeluh sakit di bagian perut usai operasi melahirkan pada Rabu (8/3/2023).

Sakit yang dirasakannya semakin menyakitkan saat mengetahui kaki bayi mungilnya melepuh, seperti habis terbakar.

Suaminya, Ibnu Sajaya Hutabarat (25) lewat pesan singkatnya kepada Kompas.com, menceritakan duka yang mereka rasakan.

Baca juga: Bayi Mungil Ditemukan Menangis di Dalam Kardus Depan Rumah Warga Banyuwangi

Katanya, beberapa jam setelah lahir, seorang perawat mendatanginya.

Menawarinya untuk mengikutkan bayinya sebagai peserta program Kementerian Kesehatan berupa skrining hipotiroid kongenital untuk mencegah stunting dan keterbelakangan mental anak.

"Katanya program pemerintah. Aku diajukan form persetujuan atau menolak," kata Ibnu, Kamis (16/3/2023) malam.

Tawaran tersebut ditolaknya halus, warga Jalan Pelajar, Kota Medan, ini meminta waktu untuk membicarakannya dulu dengan keluarga.

Besoknya, Kamis (9/3/2023) sore, Ibnu dipanggil ke ruangan bayi dan kembali ditawari program stunting kemarin dan dijamin tidak berisiko.

"Karena dijamin tidak berisiko, cuma mengambil sampel darah untuk menge-cek gula darah golongan darah dengan menusuk jarum ke tumit bayi, ku tanda tanganilah form itu," ungkap Ibnu.

Baca juga: Motif Taruna Akmil Diduga Aniaya Mahasiswa di Medan, Pacarnya Mengadu Sering Diganggu Korban

Pengambilan sampel darah dilakukan pada Jumat (10/3/2023) sore.

Kata perawat, program biasanya dilakukan setelah dua hari atau paling lama lima hari setelah lahir.

Sehabis pengambilan sampel darah, anggota Bakomstra Partai Demokrat Sumut ini, melihat kaki anaknya dibalut kain kasa.

Rasa khawatir seketika muncul. Ibnu takut, bayinya yang lahir dalam kondisi sehat dan sempurna, terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Terjawab risaunya, telapak kaki anaknya merah membara, ada bekas luka dan kulitnya terkelupas.

Pikirannya langsung gara-gara mengikuti program stunting yang ditawarkan rumah sakit.

"Panik aku, telapak kakinya merah darah. Ku tanya perawat, jawabannya tak memuaskan. Anak ku gelisah, macam kesakitan. Baru beberapa hari lahir, awalnya cantik, kok sekarang jadi begini," ucapnya.

Baca juga: Geger Penemuan Bayi Dalam Kantong Kresek di Bawah Kandang Ayam di Tasikmalaya, Kondisi Menggigil Kedinginan

Hasil rembug keluarga, diputuskan melaporkan kejadian ke Polda Sumut. Didampingi pengacara Siti Junaida Hasibuan, laporan Ibnu diterima dengan bukti laporan Nomor: STTLP/B/319/III/2023/SPKT/Polda Sumut, tertanggal 14 Maret 2023.

Siti mengatakan, kasus yang menimpa kliennya harus menjadi perhatian semua pihak, khususnya pemerintah.

"Saya minta Polda Sumut kerja cepat menindaklanjuti laporan kami. Pemerintah pusat dan daerah harus mengetahui dugaan malpraktik program stunting pemerintah ini," kata Siti.

"Kami enggak lari..."

Direktur RS Mitra Medika Sjahrial R Anas yang dikonfirmasi lewat sambungan telepon membenarkan kasus bayi yang kakinya melepuh usai di-skrining hipotiroid kongenital di rumah sakitnya.

Kata Anas, pemeriksaan itu dianjurkan pemerintah kepada setiap bayi lahir.

Biasanya, diambil darahnya dari kaki yang diletakkan ke kertas. Kertasnya di kirim ke Kementerian Kesehatan, di sana diperiksa.

Baca juga: Kronologi Taruna Akmil Diduga Anak Perwira Polisi Aniaya Mahasiswa di Medan, Langsung Pukul Tanpa Sebab

Faktor tiroid bisa menimbulkan gangguan mental dan pertumbuhan anak.

"Cara melakukannya, kaki anak dikompres air panas supaya terjadi pengembangan pembuluh darah sehingga kalau dicucuk (ditusuk) sedikit saja, darahnya bisa banyak keluar. Bisa tertampung sesuai yang ditentukan kertas darah yang mau dikirim. Waktu dilakukan sama anak itu, tiba-tiba besoknya dilihat kok melepuh kakinya. Kita pun melakukan investigasi, itulah kejadiannya," bebernya.

Orangtua bayi sudah menandatangani surat yang isinya tidak keberatan. Pihak rumah sakit juga sudah menjelaskan kalau kaki bayinya tidak tahan panas sehingga melepuh.

"Kemungkinan bisa saja air yang ditaruhkan terlampau panas suhunya. Itu dari perawat yang kita wawancarai. Terakhir, ayah bayi datang bawa pengacara. Kami akui ini terjadi di rumah sakit kami dan kami akan bertanggung jawab. Bayi akan kami rawat sampai kakinya sembuh. Kami melibatkan dokter-dokter ahli, mereka bilang tidak apa-apa, cuma melepuh dan sebentar lagi baik," kata Anas lagi.

Itikad baik juga ditunjukkan rumah sakit dengan membuat surat pernyataan kalau di kemudian hari terjadi hal-hal di luar yang dikehendaki dengan kaki si bayi, Anas akan bertanggung jawab.

Baca juga: Kapolda NTT Instruksikan Kapolres dan Kapolsek Jadi Orangtua Asuh bagi Anak Stunting

Mereka membelikan popok dan susu, juga merawat ibu bayi di ruang VIP.

"Kami enggak lari, siap mempertanggungjawabkan ini. Anaknya dirawat tiga dokter spesialis. Saat ini kondisinya sehat, hanya kakinya perlu perawatan beberapa hari lagi supaya normal," ujar Anas.

Pihaknya siap menyambut kedatangan pengawas dari Dinas Kesehatan. Anas mengaku heran, kasus ini baru pertama kali terjadi dalam program stunting.

"Baru ini kejadian, kami juga heran. Hal-hal begini gak bisa diprediksi. Kami enggak mau membuat anak menderita, sudah insiden. Kita hadapi ini, kami bertanggungjawab untuk it,." kata Anas mengulang.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Soal Anggaran Pemulihan Bencana, Bobby Nasution: Akan Ada Perubahan di RAPBD 2026 Sumut
Soal Anggaran Pemulihan Bencana, Bobby Nasution: Akan Ada Perubahan di RAPBD 2026 Sumut
Medan
Kasus Dugaan Anak Bunuh Ibu di Medan: Polisi Gelar Pra-Rekonstruksi Selama 6 Jam
Kasus Dugaan Anak Bunuh Ibu di Medan: Polisi Gelar Pra-Rekonstruksi Selama 6 Jam
Medan
Dampingi Prabowo ke Lokasi Banjir Langkat, Bobby: Warga Keluhkan Air Bersih dan Tanggul Jebol
Dampingi Prabowo ke Lokasi Banjir Langkat, Bobby: Warga Keluhkan Air Bersih dan Tanggul Jebol
Medan
BPBD Update Banjir-Longsor di Sumut: 355 Meninggal, 84 Hilang, dan 30.266 Mengungsi
BPBD Update Banjir-Longsor di Sumut: 355 Meninggal, 84 Hilang, dan 30.266 Mengungsi
Medan
Mayjen Rio Berpesan untuk Gubsu Bobby Nasution: Izin Tambang Perlu Dievaluasi
Mayjen Rio Berpesan untuk Gubsu Bobby Nasution: Izin Tambang Perlu Dievaluasi
Medan
THM De Tonga Medan Digerebek, 4 Butir Inex dan 82 Miras Ilegal Disita serta 7 Orang Ditangkap
THM De Tonga Medan Digerebek, 4 Butir Inex dan 82 Miras Ilegal Disita serta 7 Orang Ditangkap
Medan
Menjarah dan Merusak Warung Warga Usai Tawuran, Pemuda di Medan Ditembak
Menjarah dan Merusak Warung Warga Usai Tawuran, Pemuda di Medan Ditembak
Medan
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau