Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Batik Air soal Kabin Pesawat Berasap dan Suara Bising di Penerbangan ke Kualanamu

Kompas.com - 21/04/2023, 18:14 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Maskapai penerbangan Batik Air memberikan penjelasan terkait penerbangan Batik Air ID-6842 rute Bandara Soekarno-Hatta Tangerang (CGK)- Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, yang mengalami kendala teknis, Kamis (20/4/2023).

Diketahui bahwa penerbangan yang sekiranya dijadwalkan pada pukul 19.00 WIB dengan pesawat Airbus 320-200 registrasi PK-LUZ, mengalami keterlambatan.

Baca juga: Viral Video Koper Penumpang Dibobol, Batik Air Lakukan Penyelidikan

Pesawat ini membawa enam awak pesawat dan 134 penumpang.

Baca juga: Penjelasan Batik Air soal Penumpang Kehilangan Ponsel di Dalam Koper, Bilang Awalnya Tak Ada yang Hilang

Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro menjelaskan, saat pesawat akan diberangkatkan, mengalami gangguan teknis dan membutuhkan waktu untuk pengecekan dan perbaikan.

Setelah pilot berkoordinasi dengan teknisi, diputuskan pesawat tidak dapat diberangkatkan.

"Keputusan ini untuk meyakinkan keselamatan dan kenyamanan penerbangan," ujar Danang lewat keterangan tertulis, Jumat (21/4/2023).

Danang menjelaskan, awak kabin telah meminta maaf kepada para penumpang atas kendala tersebut.

Para penumpang juga diarahkan untuk kembali ke ruang tunggu bandara sampai ada pemberitahuan selanjutnya.

Pemberangkatan mengalami keterlambatan kurang lebih 120 menit karena adanya penggantian pesawat yang digunakan menjadi pesawat Airbus 320-200 registrasi PK-LAZ.

Penjelasan soal asap di kabin dan suara keras dari mesin

Danang juga mengklarifikasi informasi yang beredar terkait asap di kabin dan suara keras yang terdengar di pesawat.

Danang menyebut, yang dilihat penumpang bukan asap, melainkan aliran udara yang menyerupai asap kabut putih.

Dia menjelaskan, asap kabut putih yang terlihat di dalam kabin pesawat terutama pada Airbus 320, merupakan hasil dari sistem ventilasi "air conditioning system".

Sistem ventilasi ini mulai beroperasi dan menyalurkan udara segar dari luar ke dalam kabin pesawat.

Udara dari luar dapat berisi kelembapan yang lebih tinggi, terutama di daerah dengan kondisi cuaca yang lembap.

Ketika udara masuk ke dalam kabin pesawat yang lebih dingin, suhunya menurun dan kelembapannya naik, sehingga udara ini menjadi lebih terlihat seperti kabut putih.

"Aliran udara dimaksud tidak berbahaya bagi kesehatan dan tidak memiliki dampak negatif pada keselamatan penerbangan. Sirkulasi udara ini merupakan tanda bahwa sistem ventilasi bekerja dengan baik dan menyediakan udara segar yang nyaman bagi penumpang selama penerbangan," ujar Danang.

Sementara, terkait suara bising dan keras yang terdengar dari Ground Turbine Compressor (GTC) pada pesawat, bukanlah sebuah ledakan.

Danang mengatakan, suara itu timbul karena proses penghisapan dan peningkatan tekanan udara yang dilakukan oleh GTC.

GTC bekerja dengan cara memasok udara segar ke dalam kabin pesawat menggunakan turbin yang diputar berkecepatan tinggi.

Proses ini mengeluarkan suara yang bising karena pergerakan turbin yang cepat menghasilkan suara frekuensi tinggi.

GTC menggunakan komponen mekanis lainnya seperti compressor dan gearbox yang menghasilkan suara bising dan keras.

Meskipun terdengar bising dan keras, GTC dan mesin pesawat lainnya dirancang dan diuji secara ketat untuk memastikan bahwa suara yang dihasilkan tetap berada dalam batas aman dan tidak menyebabkan gangguan atau bahaya bagi penumpang atau awak pesawat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com