Dikatakannya, sebagai orang berumur lebih muda dibanding petani kemenyan lainnya, dia mampu memanjat pohon dan memanen lebih banyak.
Dia biasanya dengan mudah memanjat pohon setinggi 10 meter. Luas berharap agar harga kemenyan dapat lebih tinggi. Mengingat dulunya 1 kg kemenyan setara dengan harga emas.
"Kalo bisa ini ada produksi turunan, ada pabrik yang dibilang, setidaknya setengah jadi. Kalo ada pabrik kan harganya jadi lebih naik," katanya.
Usai menjelaskan itu, Luas memukul-mukul batang pohon kemenyan. Dengan kayu dan tali yang dibawanya, ia memanjat pohon kemenyan. Sesampainya di ketinggian 4 meter, tiba-tiba dia berteriak ‘Parung’.
"Kalau di tombak ini, kita tokok (pukul) batangnya, lalu teriak parung, orang di tempat lain yang mendengar juga akan membalas teriak parung. Jadinya kita pun tau ada orang yang lagi ambil kemenyan di sana," beber dia.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang juga Ketua Biomassa dan Bioproduk, Aswandi mengatakan, kemenyan sumatera (Styrax benzoin) ini tersebar di seputar Danau Toba.
Aroma kemenyan tiap daerah bisa berbeda sesuai dengan cara, musim, lokasi panen, dan lingkungannya. Dia mencontohkan, di Pakpak Bharat pada 2016.
Saat itu, ia mencium aroma kemenyan yang semakin wangi karena hujan. Dari segi riset kandungan apa dari dalam kemenyan sumatera sudah diketahui. Pihaknya juga sudah mempunyai prototype dalam bentuk minyak, parfum, skin care, dan lain sebagainya.
"Cuma, yang men-deliver ke masyarakat itu perlu waktu,” ungkap dia.
BRIN sudah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak lain seperti pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), UMKM, dan lainnya sehingga pengetahuan mengolah kemenyan bisa sampai ke masyarakat.
Misalnya dengan memunculkan kreativitas anak muda membuat minyak dan parfum dari kemenyan.
"Rahasia (kemenyan untuk parfum) itu masih dijaga oleh produsen parfum seperti di Paris, Eropa. Mereka tahu bikin parfum itu terbaik dari kemenyan,” katanya.
Hanya saja, Sumatera Utara sebagai produsen kemenyan terbesar, hingga kini masih diekspor dalam bentuk mentah.
BRIN mendiseminasikan ke masyarakat bagaimana membuat minyak atsirinya, membuat formulasi parfum, skincare yang baik, dan lainnya.
"Itu tugas kita memberi pengetahuan ke masyarakat bahwa kemenyan itu tidak hanya bentuk bongkahan, apalagi dikooptasi dengan dibakar," tutur dia.