MEDAN, KOMPAS.com - Sebanyak 62 pengungsi Rohingya di Desa Kwala Langkat, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, kini mendiami Gedung Nasional di lingkungan Kantor Camat Tanjung Pura.
Sebelumnya, sebanyak 51 pengungsi Rohingya mendarat di Langkat pada Rabu (22/5/2024) lalu.
Mereka sempat menempati tenda pengungsian sementara di Pantai Tanjung Lampu Ujuk Damak, Desa Kwala, yang dibuat pemerintah setempat.
Namun belakangan, muncul penolakan warga, sehingga para pengungsi harus dipindahkan.
"Di kecamatan inilah ada Gedung Nasional, sama pimpinan diletakkan di sini untuk sementara, kami disuruh membantu di sini."
Demikian penjelasan Lurah Pekan Tanjung Pura Suwanto kepada wartawan ketika ditemui di Kantor Camat Tanjungpura, Rabu (29/5/2024) kemarin.
Baca juga: Kronologi 51 Pengungsi Rohingya Tiba di Langkat, Nahkoda Kabur, Sempat Berjalan di Hutan
Menurut Suwanto pemindahan para pengungsi Rohingya ini sudah dilakukan sejak Jumat (24/5/2024) lalu.
Suwanto juga mengatakan, sebelum 51 pengungsi datang di hari Jumat itu, sehari sebelumnya juga ada 11 pengungsi lain tiba di Langkat, dengan menggunakan kapal yang berbeda.
Sebanyak 11 pengungsi itu juga tinggal di Gedung Nasional. Sehingga, kini total pengungsi yang berada di sana berjumlah 62 orang.
"Dari informasi yang kami dapat mereka (dua kelompok pengungsi) nggak satu kapal, beda kapal,'' ungkap Suwanto
Menurut Suwanto, Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) telah turun tangan membantu dan mendata kebedaan para pengungsi ini.
"Tapi kalau kita di Pemerintah kita berusaha memberikan, memfasilitasi, keadaan pengungsi, namun bantuan material tidak ada."
"Tapi secara moril kami bantu supaya untuk sementara (mereka) ada di sini," ujar dia.
Baca juga: 2 Pasangan Pengungsi Rohingya Menikah di Kamp Pengungsian Aceh Barat
"Ini kami tinggal nunggu perintah pimpinan, artinya sepanjang mereka di sini kami berusaha supaya ini tidak masalah sama kami, kalau terjadi masalah kami laporkan ke pimpinan," ungkap dia.
Namun, dia mengatakan sejauh ini banyak masyarakat yang menyampaikan penolakan terhadap kehadiran para pengungsi Rohingya secara pribadi melalui perangkat desa atau kecamatan.
"Ada hal-hal yang ditakutkan mengganggu mereka, sampai saat ini mereka (masyarakat) nggak suka mereka ada di sini, tapi masih secara pribadi kepada masyarakat dan petugas," ungkap dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang