Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Tambang Emas Martabe Disulap Jadi Furnitur, Warga Dapat Gaji Bulanan

Kompas.com, 10 Juni 2024, 15:31 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

TAPANULI SELATAN, KOMPAS.com- Suara nyaring dari mesin pemotong kayu terdengar jelas saat mobil yang kami tumpangi tiba di depan sebuah workshop kayu bernama Sarop Do Mulana.

“Silakan masuk mas dan mba, kawan-kawan media dari Jakarta. Maaf berisik,” sambut Sekretaris Koperasi Sarop Do Mulana Julfikri Harahap (38) sambil memotong sebuah palet kayu, Rabu (5/6/2024).

Fikri, sapaan akrab Julfikri, kemudian mengajak kami berbincang seraya menyelesaikan dua potongan palet kayu bekas yang berasal dari perusahaan tambang emas bernama PT Agincourt Resources (PTAR).

Baca juga: Tak Hanya Ulos, Tapanuli Selatan Juga Punya 13 Motif Batik Kreasi Ibu-ibu

Ia bercerita, Sarop Do Mulana boleh dibilang adalah perserikatan yang terdiri dari orang-orang yang peduli akan sampah.

Sarop Do Mulana mulai muncul ke permukaan pada 2016 ketika sampah di tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) yang ada di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, tak terkelola dengan baik.

“Jadi Sarop Do Mulana itu diambil dari bahasa Batak yang artinya berawal dari sampah. Kami berdiri karena karena kami prihatin melihat sampah yang ada di TPST,” tutur dia.

Penampakan limbah palet kayu dari perusahaan tambang emas bernama PT Agincourt Resources yang disulap menjadi furnitur oleh Koperasi Sarop Do Mulana yang terletak di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Rabu (5/6/2024).KOMPAS.com/Dzaky Nurcahyo Penampakan limbah palet kayu dari perusahaan tambang emas bernama PT Agincourt Resources yang disulap menjadi furnitur oleh Koperasi Sarop Do Mulana yang terletak di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Rabu (5/6/2024).

Prihatin melihat sampah tak dikelola dengan baik

Fikri bercerita, seluruh sampah yang ditampung di TPST tak pernah dikelola dengan baik.

Namanya tempat pengolahan, lanjut dia, seharusnya ada proses pemilahan atau penguraian sampah.

Baca juga: Kisah Warga Desa Garoga Jaga Sungai lewat Lubuk Larangan

Namun, dari hari ke hari, tahun ke tahun, sampah yang ada di TPST disebut kian menggunung.

“Karena kami prihatin, kami bergerak memilah sampah yang bisa dimanfaatkan. Terutama sampah dari PTAR. Karena sampah dari PTAR dikirim berdasarkan jenisnya. Baik sampah organik maupun anorganik,” ungkap dia.

Penampakan halaman depan dari Koperasi Sarop Do Mulana yang setiap harinya mengolah limbah kayu palet dari perusahaan tambang emas bernama PT Agincourt Resources untuk dijadikan barang furnitur, Rabu (5/6/2024).KOMPAS.com/Dzaky Nurcahyo Penampakan halaman depan dari Koperasi Sarop Do Mulana yang setiap harinya mengolah limbah kayu palet dari perusahaan tambang emas bernama PT Agincourt Resources untuk dijadikan barang furnitur, Rabu (5/6/2024).
Fikri bersama beberapa temannya lalu mengolah sampah organik yang terdiri dari sisa makanan pekerja tambang menjadi pupuk kompos.

Karena kiriman sampah organik terkadang tak terlalu berlimpah, ia dan sejumlah temannya kadang memanfaatkan kotoran hewan untuk dijadikan pupuk kandang.

“Dulu, sebelum dibina oleh PTAR, kami hanya fokus memanfaatkan sampah organik mereka menjadi pupuk. Belum ada pemanfaatan limbah palet kayu saat itu,” ucap dia.

Baca juga: Tinggalkan Banyak Jejak Karbon, Pengelola Tambang Emas Martabe Berencana Beli Hutan

Berawal dari meminta pekerjaan

Fikri tak menampik bahwa warga sekitar terkadang meminta informasi terkait ada atau tidaknya penerimaan pekerja anyar di PTAR.

Tapi, bagi sejumlah warga Batang Toru, mereka tak masuk ke dalam kualifikasi minimal yang diterapkan perusahaan.

“Dulu itu kami memang meminta supaya dipekerjakan di PTAR, tetapi kami sadar bahwa ada kualifikasi yang harus dipenuhi dan tak bisa dipaksakan. Akhirnya pihak PTAR memilih memberdayakan kami dengan cara lain, dengan membina kami di Sarop Do Mulana,” terang dia.

Ketika PTAR menjadi pembina Sarop Do Mulana, mereka lau membagi anggota ke dalam dua kelompok.

Pertama, anggota yang berfokus terhadap urusan sampah organik dan sejenisnya.

Kedua, anggota yang berfokus memanfaatkan limbah palet kayu semaksimal mungkin.

“Nah, saya kebetulan ikut yang pemanfaatan limbah kayu dan alhamdulillah sejak dibina PTAR kami menjadi produktif,” ucap dia.

Baca juga: Hasilkan 6 Ton Emas per Tahun, Agincourt Resources Pilih Ekspor Hasil Tambang ke Singapura

Sulap limbah kayu jadi furnitur berkelas

Fikri mengungkapkan, ia bekerja bersama delapan orang temannya untuk memanfaatkan limbah palet kayu.

Mulanya, ia dan timnya membagi palet kayu ke dalam beberapa kategori dan jenis.

Untuk palet kayu yang masih dalam keadaan bagus akan diubah menjadi bahan dasar furnitur.

Sementara, palet kayu yang sudah tidak layak akan dilebur dan nantinya diolah sebagai pupuk.

“Ada beberapa jenis kayu, yang biasanya dalam kondisi bagus itu adalah kayu sengon atau kayu jati. Dua jenis kayu ini yang kami olah jadi furnitur, seperti meja, kursi, tempat tidur,” jelas dia.

Karena bahan baku didapatkan secara cuma-cuma, Fikri tak menampik bahwa harga jual furnitur yang dibuat Sarop Do Mulana lebih miring daripada pasaran.

Harga meja belajar paket lengkap misal, dibanderol dengan harga mulai dari Rp 300.000.

Kemudian, alas tempat tidur yang dilengkapi dengan beberapa lemari dibanderol tak sampai Rp 1.000.000.

“Karena murah, makanya banyak orang yang datang ke sini. Bahkan, tak jarang yang mau ajak kerja sama. Soalnya harga yang kami patok bisa lebih murah Rp 300.000 hingga Rp 500.000 di pasaran,” ungkap dia.

Setiap orang mendapat gaji bulanan

Semenjak dibina PTAR, Fikri menyebut, dirinya bisa menggaji semua anggotanya setiap bulan.

Setiap anggota rata-rata menerima upah bersih Rp 3.000.000 per bulan.

Nominal itu belum dihitung dengan bonus yang mungkin bakal dibagikan seiring berjalannya bisnis penjualan furnitur.

“Untuk gaji kami upayakan nominalnya sama setiap bulan, karena terkadang jumlah bahan baku kan berbeda tiap bulan. Jadi kadang bisa buat produk banyak, kadang tidak,” imbuh dia.

Baca juga: Banjir dan Longsor di Luwu Dipicu Pembukaan Lahan untuk Tambang Emas dan Pasir

Terakhir, Fikri berharap, Sarop Do Mulana bisa terus berkarya dan membuat banyak furnitur cantik untuk ditaruh di rumah warga.

Ia mendoakan PTAR supaya selalu berjaya dan produksi selalu meningkat tiap tahunnya.

“Saya berharap masih bisa bekerja seperti ini hingga tua nanti. Semoga selalu ada limbah palet kayu yang bisa kami manfaatkan,” tutup dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau