Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atlet dan Penonton Mengeluh Venue Voli PON Berdebu, Panpel: Angin yang Bawa

Kompas.com, 19 September 2024, 05:15 WIB
Rahmat Utomo,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Para atlet dan penonton mengeluhkan kondisi venue voli Indoor di Sport Center, Deli Serdang, Sumatera Utara, berdebu saat pertandingan voli Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut.

Keadaan ini berlangsung dari babak penyisihan voli putra-putri, Rabu (11/9/2024) hingga semifinal, Rabu (18/9/2024).

Baca juga: Menyoal PON 2024, Atlet Pilek karena Debu, Jalan Berlumpur hingga Makanan Basi

Koordinator Bidang Venue dan Perlengkapan Voli Ruangan, Sugianto Asta, membenarkan keadaan itu.

Kata dia, debu masuk ke venue lantaran terbawa angin.

Baca juga: Pukul Wasit PON, Pemain Sepak Bola Sulteng Terancam Sanksi Maksimal

"Jadikan gini, ini kan di atas, jadi kalau dibuka (pintu masuk penonton), debu itu kalau ada angin masuk dia ke dalam, semalam saya tengok," ujar Sugianto saat diwawancarai Kompas.com di venue voli, Rabu (18/9/2024).

Baca juga: Venue Voli PON Berdebu, Penonton Jadikan Kardus dan Tisu sebagai Alas

Sugianto mengatakan, pihaknya terus berupaya meminimalisasi agar debu tidak masuk.

Salah satunya dengan menerapkan sistem buka tutup di pintu masuk tribun penonton, sehingga pintu tidak akan selalu terbuka.

Baca juga: Pemain Voli PON Latihan di Lapangan Berdebu, Panpel: Petugas Kebersihan Standby

"Jadi inisiatif suruh jaga dia di situ (petugas kebersihan). Saya minta kalau ada orang masuk (buka), kalau tidak tutup pintunya, supaya angin tidak masuk ke dalam; Itu sekarang problemnya," ujarnya.

"Intinya kita sudah berusaha, (tapi) cemana lah, ini faktor non-teknis," ujarnya.

Sugianto mengatakan, telah menyiapkan banyak petugas kebersihan untuk membuat venue tidak berdebu, tetapi juga tidak berhasil.

"Itu di atas (lantai dua) ada delapan orang petugas kebersihan, di bawah ada sembialn orang, di dalam lapangan ada 18 orang petugas kebersihan. Begitu siap kita bekerja, jadi semua stay di tempat masing-masing, di kamar mandi juga ada," ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan Sugianto saat disinggung banyak atlet yang mengeluh karena debu tersebut mengganggu pertandingan.

"Itu lah yang saya sampaikan pertama tadi ( karena debu dibawa angin), memang yang bisa kita lakukan berusaha untuk artinya meminimalisir debu debu tadi. Artinya tetap kita sapu, tapi tetap ada (debunya)," ujarnya.

Dia mengatakan sarana dan prasarana venue voli PON sudah memenuhi syarat untuk menggelar pertandingan.

Walaupun, ada bagian kecil di area venue belum rampung pembangunannya. Misalnya, masih ada areal venue yang belum disemen.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, debu di tribun penonton venue voli begitu banyak.

Hal itu terlihat saat pertandingan semifinal tim putri Jawa Barat vs Jawa Tengah, Rabu (18/9/2024).

Terlihat venue berkapasitas 5.000 orang itu penuh sesak penonton.

Namun, mereka terlihat tidak nyaman karena hampir seluruh tribun dipenuhi debu. Alhasil celana yang mereka kenakan tampak kotor.

Banyak juga penonton yang menepuk- nepuk celananya agar debu yang melekat bisa hilang.

Sebagian penonton juga menutup mulut dan hidung dengan kain saat menyaksikan pertandingan agar debu tidak terhirup.

Lalu tampak pula penonton yang berinisiatif mencari kardus bekas air mineral untuk dijadikan alas duduk agar celana tidak kotor. Sebagian lagi terpaksa membeli tisu untuk alas.

Sebelumnya, Cindy Tiara Berliyan, atlet dari tim DKI Jakarta, mengatakan, debu yang ada di lapangan tersebut mengganggu performanya.

"(Masalah) debu, itu tuh polusi udaranya enggak enak, jadinya kita itu sesak napas," kata Cindy saat diwawancarai di lokasi, Jumat (13/9/2024).

"Nah, kita kan DKI pakai polar. Otomatis nadi kita kelihatan tinggi atau tidaknya karena polusinya, debu semua, kita sesak napas. Otomatis nadi kita tinggi karena itu," sambungnya.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo sempat datang meninjau lokasi venue ini , Jumat (13/9/2204).

Namun Dito justru mengatakan venue indoor tersebut salah satu yang terbaik di Indonesia.

Dia bahkan mengeklaim penonton merasa nyaman saat melihat pertandingan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Soal Anggaran Pemulihan Bencana, Bobby Nasution: Akan Ada Perubahan di RAPBD 2026 Sumut
Soal Anggaran Pemulihan Bencana, Bobby Nasution: Akan Ada Perubahan di RAPBD 2026 Sumut
Medan
Kasus Dugaan Anak Bunuh Ibu di Medan: Polisi Gelar Pra-Rekonstruksi Selama 6 Jam
Kasus Dugaan Anak Bunuh Ibu di Medan: Polisi Gelar Pra-Rekonstruksi Selama 6 Jam
Medan
Dampingi Prabowo ke Lokasi Banjir Langkat, Bobby: Warga Keluhkan Air Bersih dan Tanggul Jebol
Dampingi Prabowo ke Lokasi Banjir Langkat, Bobby: Warga Keluhkan Air Bersih dan Tanggul Jebol
Medan
BPBD Update Banjir-Longsor di Sumut: 355 Meninggal, 84 Hilang, dan 30.266 Mengungsi
BPBD Update Banjir-Longsor di Sumut: 355 Meninggal, 84 Hilang, dan 30.266 Mengungsi
Medan
Mayjen Rio Berpesan untuk Gubsu Bobby Nasution: Izin Tambang Perlu Dievaluasi
Mayjen Rio Berpesan untuk Gubsu Bobby Nasution: Izin Tambang Perlu Dievaluasi
Medan
THM De Tonga Medan Digerebek, 4 Butir Inex dan 82 Miras Ilegal Disita serta 7 Orang Ditangkap
THM De Tonga Medan Digerebek, 4 Butir Inex dan 82 Miras Ilegal Disita serta 7 Orang Ditangkap
Medan
Menjarah dan Merusak Warung Warga Usai Tawuran, Pemuda di Medan Ditembak
Menjarah dan Merusak Warung Warga Usai Tawuran, Pemuda di Medan Ditembak
Medan
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau