MEDAN, KOMPAS.com - Sudah hampir lima hari, pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi di sejumlah wilayah Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang terhenti.
Akibatnya, banyak warga yang terpaksa mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, seperti membeli air galon atau menampung air hujan.
Pantauan Kompas.com, beberapa wilayah yang mengalami pemadaman air meliputi Kecamatan Medan Johor, Medan Tuntungan, Medan Helvetia, di Kota Medan, serta Kecamatan Namorambe di Kabupaten Deli Serdang.
Baca juga: Warga Gili dan Walhi NTB Sebut Krisis Air Bersih Tiga Gili di Lombok Utara Makin Parah
Adisty (21), seorang warga Medan Tuntungan mengungkapkan, matinya aliran air di rumahnya terjadi sejak Rabu (27/11/2024).
"Kalau hujannya malam, begadang lah, menampung air hujan," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (1/12/2024).
Namun jika hujan tidak turun, ia terpaksa membeli air galon atau air mineral isi ulang.
Baca juga: Masuk Musim Hujan, 19 Desa di Ponorogo Masih Krisis Air Bersih
Hal serupa disampaikan Ardinata (37), warga Komplek Perumahan Citra Wisata di Kecamatan Medan Johor.
Ia mengaku, air di rumahnya mati sejak Kamis (28/11/2024).
"Salah satu alternatifnya nunggu hujan lah," ujarnya.
Jika air hujan tidak cukup, Ardinata yang tinggal bersama tujuh anggota keluarganya terpaksa menumpang mandi di hotel bintang tiga tempat koleganya.
Plt Direktur Utama PDAM Tirtanadi, Ewin Putra, membenarkan pemadaman air ini disebabkan longsor yang terjadi di Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Rabu (27/11/2024).
"Jadi akibat longsor di Sibolangit, pipa kita juga putus terikut longsor. Diperkirakan perbaikan baru selesai dalam 2-3 minggu," ungkap Ewin saat dihubungi Kompas.com, Minggu malam.
Ewin menjelaskan, lamanya perbaikan disebabkan oleh medan yang sulit dijangkau.
"Karena sampai saat ini (kemampuan) petugas juga terbatas dikarenakan medan yang cukup ekstrem, rawan longsor susulan, dan intensitas curah hujan yang masih sangat tinggi di Sibolangit," katanya.
Meski demikian, Ewin menambahkan, pihaknya terus berupaya untuk mempercepat perbaikan.
Selain itu, mereka juga berusaha menyediakan bus pengangkut air gratis bagi warga yang terdampak.
"Untuk jangka pendek, kami distribusikan air melalui mobil tangki," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang