SIMALUNGUN, KOMPAS.com – Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di wilayah Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, masih nihil. Namun, merebaknya wabah tersebut di sejumlah wilayah Pulau Jawa telah berdampak pada harga penjualan lembu.
Prayetno, seorang peternak dari Nagori Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Simalungun, mengungkapkan penurunan harga yang cukup signifikan.
"Kemarin saja baru menjual indukan dan anak lembu yang biasanya harganya Rp 13.000.000 jadi Rp 7.000.000. Turun lah harganya karena wabah penyakit itu," ujar Prayetno saat dihubungi via telepon, Rabu (8/1/2025).
Baca juga: Peternak Sapi di Banda Aceh Lebih Siap Hadapi PMK dengan Program Vaksinasi
Akibat biaya perawatan yang tinggi dan harga jual yang turun, Prayetno mempertimbangkan untuk melanjutkan usaha ternaknya. Saat ini, ia hanya memelihara enam ekor lembu yang dilepas liarkan.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Simalungun, Resna Siboro, menjelaskan bahwa sejauh ini Simalungun belum terpapar PMK.
"Karena dari Pulau Jawa ke Simalungun tidak ada pemasukan ternak ke kita. Biasanya ternak dari Simalungun yang keluar," ujar Resna.
Hal serupa disampaikan oleh Kepala Bidang Perikanan dan Peternakan pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Pematangsiantar, Benny Sirait.
Baca juga: Dampak PMK, Transaksi di Pasar Hewan Ambarketawang Jogja Anjlok 80 Persen
Benny menambahkan, pada 2024 pihaknya telah melakukan vaksinasi PMK terhadap sekitar 70 ekor lembu yang tersebar di tiga kecamatan di Pematangsiantar.
Benny juga mengungkapkan bahwa saat ini harga daging lembu yang dijual di Pematangsiantar mencapai Rp 130.000 per kilogram.
"Kami imbau kepada peternak, kalau ada gejala PMK seperti kuku melepuh dan mulut berbusa bisa segera melaporkan ke kami," imbau Benny.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang