Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Medan Kota Termacet Nomor 15 di Dunia, Bobby: "Temporary" karena Pembangunan

Kompas.com, 20 Januari 2025, 16:07 WIB
Rahmat Utomo,
Krisiandi

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Walikota Medan, Bobby Nasution menanggapi penelitian TomTom Traffic Index, yang menyebut Medan menjadi kota termacet nomor 15 di dunia.

Dia mengatakan persoalan kemacetan ini Medan harus bisa diselesaikan.

"Harus bisa diselesaikan, makannya yang sampaikan kemarin ini harus dilakukan (penyelesaiannya)," ujar Bobby saat ditanya wartawan di kantornya, Senin (20/1/2025)

Bobby lalu menyinggung salah satu penyebab kemacetan di Medan, karena banyaknya pembangunan di Kota Medan, namun dia tidak mendetailkan pembangunan yang dimaksud.

Baca juga: Komplotan Pak Ogah di Medan Curi iPhone 13, Dijual Rp 500.000 untuk Beli Rokok

"Kalau kemacetan temporary selama masa pembangunan, mudah-mudahan kalau sudah selesai pembangunan kemacetan selesai," ujiannya. 

Dalam dua tahun belakangan ini di sejumlah jalan protokol Kota Medan kerap mengalami kemacetan panjang dampak dari pembangunan. Rekayasa lalu lintas kerap dilakukan.

Misalnya di seputaran jalan di dekat Stasiun Kereta Api, pembangunan overpass di sana memakan waktu 15 bulan. Lalu pembangunan underpass di Jalan HM Yamin yang menelan waktu 16 bulan. Keduanya telah selesai dibangun di awal Januari 2025.

Baca juga: Bentrok Antar Pemuda di Medan, Sepeda Motor Dibakar di Tengah Jalan

Lalu hingga kini pembangunan underpass di Jalan Gatot Subroto Kota Medan juga belum selesai, proses pengerjaan dimulai sejak 26 September 2023. Lalu ada juga pembangunan halte untuk Bus Rapid Transit (BRT) di dekat kantor POS Medan sejak Agustus 2024. Proses pembangunan di kedua tempat memakan sebagian jalan protokol sehingga kemacetan, kerap terjadi di sana.


Dari catatan Kompas.com, Bobby memiliki sejumlah program untuk mengurai kemacetan, salah satunya menghadirkan 60 bus listrik ramah lingkungan, untuk menarik minat masyarakat menggunakan transportasi massal.

Lalu dia juga mewajibkan ASN Pemkot Medan untuk menggunakan transportasi massal setiap hari, Selasa.

Dia juga mengatakan pembangunan overpass di jalan dekat stasiun kereta Medan maupun underpass di HM Yamin untuk mengurangi kemacetan.

"Mudah-mudahan bisa mempermudah dan mengurangi kemacetan di Kota Medan," ujar Bobby kepada wartawan usai peresmian underpass HM Yamin, Rabu (15/1/2025).

Baca juga: Edy Rahmayadi Jual PSMS Medan, Akankah Bobby Membelinya?

Medan kota termacet ke-15 di dunia

Sebelumnya berdasarkan hasil penelitian TomTom Traffic Index pada tahun ini. Kota Medan disebut lebih macet dibandingkan Jakarta yang masuk dalam urutan ke-90.

Di atas Kota Medan, terdapat Kota Bandung yang menduduki urutan ke-12. Penelitian ini dilakukan terhadap 500 kota di 62 negara.

Indeks ini dibuat berdasarkan waktu tempuh rata-rata dan tingkat kemacetan. TomTom Traffic memakai metode penelitian berdasarkan floating car data (FCD) yang dikumpulkan dari berbagai sumber dalam menentukan urutan kota dengan kemacetan tertinggi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau