Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangisan Istri Polisi yang Ditembak Mati Kopda Bazarsah: Jangan Difitnah Lagi, Kami Itu Sakit Hati, Pak

Kompas.com, 1 Juli 2025, 09:43 WIB
Aji YK Putra,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Dalam sidang yang digelar di Pengadilan Militer Palembang, dua istri anggota polisi yang menjadi korban penembakan, serta ibu salah satu korban, menyampaikan keluh kesah mereka terkait kasus yang menimpa keluarga mereka.

Mereka mengungkapkan rasa sakit hati akibat penggiringan opini yang menyudutkan suami dan anak mereka.

Sasnia, istri Kapolsek Negara Batin AKP Anumerta Lusiyanto mengaku bahwa isu mengenai setoran judi sabung ayam yang diterima suaminya, Kopda Bazarsah, dan Peltu Yun Heri Lubis, selalu diangkat dalam persidangan.

Ia menegaskan bahwa suaminya tidak pernah terlibat dalam praktik perjudian tersebut.

Baca juga: Tangis Keluarga Korban Pecah di Sidang Penembakan 3 Polisi, Minta Kopda Bazarsah Dihukum Mati

"Jangan difitnah lagi, kami itu sakit hati, Pak. Saya tahu suami saya. Sampai meninggal pun suami saya masih puasa," ujar Sasnia saat memberikan kesaksian pada sidang yang berlangsung pada Senin (1/7/2025).

Sasnia menambahkan bahwa sejak suaminya menjabat sebagai Kapolsek pada tahun 2024, ia selalu mendampingi Lusiyanto dalam berbagai aktivitas.

"Bahkan kalau ada tamu yang datang ke Polsek, yang buat teh, kopi itu saya, Pak. Karena di kantor tidak ada office boy (OB). Saya buat di rumah lalu antar ke Polsek, jadi saya tahu siapa saja yang bertemu dengan suami saya," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Milda Dwi Ani, istri Bripka Petrus Apriyanto, yang turut menjadi korban.

Milda mengungkapkan kesedihannya, terutama karena ia baru menikah satu setengah tahun dan memiliki anak yang masih berusia enam bulan.

"Saya hanya ibu rumah tangga, suami saya itu tulang punggung keluarga. Bagaimana nasib saya, bagaimana masa depan anak kami yang masih bayi ini," ucap Milda dengan air mata yang mengalir.

Ia juga meminta kepada majelis hakim untuk menjatuhkan vonis terberat kepada pelaku, Kopda Bazarsah.

"Saya minta terdakwa dihukum sampai mati. Minta keadilan seadil-adilnya, nyawa tidak bisa dibayar uang!" tegasnya.

Suryalina, ibu kandung dari Bripda Ghalib Surya Ganta, juga berbicara dalam sidang tersebut.

Ia mengungkapkan bahwa Ghalib adalah anak bungsu dari dua bersaudara.

Sebelum peristiwa penembakan terjadi, satu bulan sebelumnya, ayah Ghalib meninggal dunia karena serangan jantung.

Suryalina mengandalkan Ghalib untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Baca juga: Minta Kopda Bazarsah Dihukum Mati, 3 Keluarga Polisi Sujud di Hadapan Hakim

"Waktu pemakaman di Bandar Lampung, saat jenazah dikafani, dari masih berdarah dari hidung, mata, mulut. Saya tidak sanggup melihat. Dia (Kopda Bazarsah) sudah menghilangkan nyawa anak saya. Saya minta dihukum mati," kata Suryalina penuh haru.

Sidang ini menjadi saksi bisu dari duka mendalam yang dialami keluarga korban, sekaligus menyoroti isu keadilan yang mereka harapkan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau