MEDAN, KOMPAS.com - Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution mengungkap faktor penyebab terbakarnya 1.804,95 hektar lahan hutan di Sumut dalam kurun waktu 7 bulan terakhir.
Selain faktor kemarau, kata Bobby, penyebab lainnya karena kebiasaan warga membuka lahan hutan dengan cara membakar.
Bobby mengatakan telah menginstruksikan bupati dan wali kota untuk lebih ketat mengawasi aktivitas warga yang melakukan pembukaan lahan dengan cara tersebut.
"Penyebab utama kebakaran hutan, kemarau dan kebiasaan warga, kemarin kita sampaikan kepada bupati (agar) bersosialisasi ke masyarakat. Pembukaan lahan (itu) jangan (menggunakan) metode pembakaran," ujar Bobby saat ditanya wartawan di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Jumat (18/7/2025).
Baca juga: 1.804 Hektar Hutan di Sumut Terbakar, Bobby: Kami Upayakan Rekayasa Cuaca
Bobby juga mengatakan bahwa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) juga banyak terjadi di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba. Kata dia, ke depan Pemprov Sumut akan merekayasa cuaca di kawasan Danau Toba agar bisa turun hujan.
"Kita lagi akan upayakan dengan modifikasi cuaca karena di daerah kawasan Danau Toba sudah masuk kemarau dan curah hujan di bawah 30 milimeter," ujar Bobby.
Baca juga: Buruh Bentangkan Spanduk Saat Sidang Paripurna DPRD Sumut: Tuntut Penyelesaian PHK
Untuk proses lebih lanjut, pihaknya kini tengah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten yang wilayahnya mengalami kebakaran hutan untuk mengajukan rekayasa cuaca ke Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Kita lagi mengajukan rekayasa cuaca cuma kita yang mengajukan, lagi nunggu surat beberapa kabupaten untuk mengusulkan hal serupa," tandasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Pemprov Sumut Togap Simangunsong mengatakan, 1.804,94 hektar lahan hutan yang terbakar terjadi dalam kurun waktu 1 Januari hingga 13 Juli 2025. Kondisi ini mengganggu berbagai sektor, mulai dari keanekaragaman hayati hingga pariwisata.
"Dalam beberapa bulan ini, laporan Karhutla terus mengancam keberlanjutan kawasan, merusak keanekaragaman hayati, mengganggu pariwisata, dan menurunkan kualitas udara yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat," ujar Togap di Kantor Gubernur Sumut, Kamis (17/7/2025).
Sementara itu, Kepala BPBD Sumut Tuahta Ramajaya Saragih mengatakan, selama periode 7 bulan tersebut, terjadi 80 kebakaran, 40 kejadian di antaranya berada di wilayah KSPN.
Tuahta lalu mendetailkan wilayah yang terbakar. Rinciannya, di Kabupaten Tapanuli Tengah 10 kali kebakaran, Padang Lawas Utara 7 kali kebakaran, Sibolga 5 kali kebakaran, Langkat 4 kali kebakaran, Labuhanbatu Utara 2 kali kebakaran.
Nias Utara 2 kali kebakaran, Padang Lawas 2 kali kebakaran, Tapanuli Selatan 2 kali, Batubara, Deli Serdang, Mandailing Natal, Nias Barat, Sergai, dan Kota Padangsidimpuan masing- masing satu kali kebakaran.
"Sedangkan Karhutla yang terjadi di wilayah KSPN meliputi Kabupaten Samosir 12 kali kebakaran, Toba 9 kali kebakaran, Karo satu kali kebakaran, Simalungun 4 kali kebakaran, Humbang Hasundutan dan Dairi 3 kali kebakaran dan Tapanuli Utara 2 kali kebakaran," kata Tuahta.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang