Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Belerang Muncul di Tepi Danau Toba, Geolog: Bukan Barang Baru Itu...

Kompas.com, 24 Juli 2025, 18:45 WIB
Cristison Sondang Pane,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Sebuah video menunjukkan kemunculan air belerang di tepian Danau Toba, viral di media sosial Instagram @medankinian, dan mengundang beragam komentar dari warganet.

Salah seorang warga, Pardede Sinaga, mengatakan tempat itu namanya Sampean yang berada di Desa Sigaol Simbolon, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

"Ada tiga titik air panas di desa itu, dua di antaranya berdekatan dengan jalan, satu lagi lebih dekat ke Danau Toba," kata Pardede kepada Kompas.com saat dihubungi melalui telepon seluler, Kamis (24/7/2025).

Menurut pengakuan Pardede, sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) pada 2018 di Kecamatan Palipi, Samosir, dia sudah tahu air belerang tersebut ada di situ.

Baca juga: Air Danau Toba Keruh Sudah 2 Minggu, Begini Tanggapan Kadis Pariwisata

"Iya, itu memang belerang. Sudah lama ada di situ, sebelum lahir pun aku sudah ada itu," ujar mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) itu.

Sementara peneliti gunung api dari Museum Geologi Bandung, Indyo Pratomo, berpendapat bahwa air belerang di Desa Simbolon itu sisa kegiatan atau jejak adanya kebocoran panas bumi.

"Makanya keluar air panas di situ, belerang, jadi ada gas yang bocor di situ," ujar Indyo kepada Kompas.com saat dihubungi melalui telepon seluler.

Dia melanjutkan penjelasannya, jadi kalau di Desa Simbolon itu tetap sumbernya dari dalam magma, tapi jauh sekali di dalam.

Menurut Indyo, air panas di Pusuk Buhit, kira-kira 50.000 tahun yang lalu, sisanya itu Air Rengat di Kecamatan Pangururan, Samosir.

Baca juga: Pemkab Samosir Akan Bangun Kawasan Pantai Sepanjang 22 Km di Danau Toba, Bobby: Konsepnya Harus Jelas

Baru yang di Simbolon muncul 30.000 tahun yang lalu, mulai tampak ke permukaan danau.

"Jadi, bukan barang barulah itu yang di Simbolon, Palipi," ucap geolog senior tersebut.

Sampai sejauh ini, kata dia, prinsipnya adalah keseimbangan.

"Bila terjadi seperti itu, kan artinya seimbang. Kalau tidak muncul malah bahaya karena ada penimbunan, akumulasi yang besar lebih berbahaya," tuturnya.

Indyo memuji sikap masyarakat yang tidak panik dengan adanya belerang tersebut.

"Sangat bagus jika masyarakat tidak panik. Kami kan tujuannya mitigasi bencana. Mitigasi itu mengurangi risiko. Janganlah buat panik orang, kalau panik itu sudah bagian dari bencana," tutur Indyo.

Dia kembali menegaskan, kemunculan air panas di kawasan gunung api adalah sesuatu yang lumrah.

Danau Toba merupakan gunung api purba, di sana masih ada sumber panas yang jauh di kedalaman bumi.

"Tapi yang perlu ditanya di sana adalah ada sesuatu yang berubah enggak, kalau ada, keseimbangannya berarti terganggu," tutur Indyo.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau