MEDAN, KOMPAS.com - Sebanyak 84 siswa SMP Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, keracunan setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG) pada Rabu (15/10/2025).
Kejadian ini juga melibatkan dua petugas penyedia menu dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di sekolah tersebut, yang ikut mengonsumsi makanan yang sama.
Kepala Dinas Kesehatan Toba, Freddi Seventry, mengonfirmasi kejadian ini. Namun ia belum merinci identitas kedua petugas SPPG yang kini menjalani perawatan di Rumah Sakit HKBP Balige.
"Karyawan SPPG, 2 orang dirawat di Rumah Sakit HKBP Balige," ujar Freddi saat dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler pada Rabu malam.
Baca juga: Update Keracunan MBG di SMPN 1 Laguboti: 84 Korban dan 47 Dirawat di RS
Freddi menjelaskan, penyebab dugaan keracunan masih dalam penyelidikan, namun tim yang mengambil sampel makanan menemukan kondisi semangka yang berlendir.
"Dari laporan tim yang mengambil sampel ditemukan makanan diduga buah semangka agak berlendir," tutur Freddi.
Meski demikian, Freddi belum dapat memastikan apakah semangka tersebut adalah pemicu keracunan. Sebab masih ada menu lain yang perlu diuji, seperti ikan mujair asam manis, tempe, dan sayur pakcoy.
"Saat ini sampel makanan sudah diambil oleh tenaga analis yang didampingi tim dari Loka BPOM Toba," tambahnya.
Baca juga: 34 Siswa SMPN 1 Laguboti Toba Diduga Keracunan MBG, Mual hingga Nyeri Ulu Hati
Peristiwa ini bermula ketika para siswa disajikan menu makanan bergizi gratis dari SPPG Pardomuan Nauli Laguboti, yang terdiri dari ikan mujair asam manis, tempe, sayur pakcoy, dan semangka.
Setelah menyantap makanan tersebut, para siswa langsung mengalami sakit.
Freddi menjelaskan, gejala keracunan yang dialami siswa meliputi mual, muntah, pusing, mulas, nyeri ulu hati, dan sesak.
Saat ini, mereka dirawat di Rumah Sakit HKBP dan RSUD Porsea, dengan sebagian dari mereka sudah diperbolehkan pulang.
"(Yang masih dirawat) di RSUD Porsea ada 28 orang, dan di RS HKBP Balige ada 19 orang. Sebagian siswa yang sudah stabil dipulangkan, sementara yang belum stabil masih diobservasi," tutup Freddi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang