MEDAN, KOMPAS.com - Puluhan warga di Lingkungan IX, Gang Manggis, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara terjebak banjir hingga satu meter.
Namun mereka tidak kehabisan cara untuk menyelematkan diri dari kepungan air bah pada Kamis (27/11/2025) 22.00 WIB malam.
Situasi mencekam itu dialami Mei Salamah (65) ketika dirinya bersama keluarga dan warga lain dievakuasi oleh teman satu gang menggunakan perahu rusak.
Baca juga: Pusingnya Warga Medan, Sulit Cari BBM Pasca Banjir: Eceran Rp 25 Ribu Per Liter
Dia menceritakan sampan yang membawa mereka sudah bocor parah.
Namun sampan bocor ini tetap bisa dimanfaatkan untuk menyelamatkan warga ke tempat yang aman.
"Iya, ini sampan punya masyarakat. Sampan inilah dipakai untuk mengangkut kami ke pengungsian," kata Mei, menunjukkan sampan itu diletakkan di badan jalan gang pada Senin (1/12/2025).
Baca juga: Banjir di Medan Marelan, Risma Sudah Bisa Komunikasi dan Bertemu Orangtua
Cara mereka membawa warga, satu orang menarik pakai tali dan yang lain mendorong dari samping kiri, kanan dan belakang.
Terlebih sampan dalam keadaan rusak, muatannya hanya cukup dua orang saja.
"Cuma dua orang yang bisa. Pelan-pelan diantar. Itu pun posisi mereka yang mendorong kakinya sudah tak memijak tanah, berenang," tutur Mei, mengisahkan.
Baca juga: Empat Hari Terisolasi Banjir di Aceh Tamiang, Nila Menerobos Hutan demi Selamat ke Medan
Proses pengangkutan mulai pada pukul empat sore hingga jam satu malam.
Secara bergantian warga diantar dari titik kumpul ke pengungsian, jauhnya hampir 1 kilometer.
Menurut Mei, tidak ada satu pun tim penyelamat yang datang dari Pemerintah untuk membantu.
Bahkan, saat sampai di pengungsian tidak ada makanan yang bisa dikonsumsi.
"Tim SAR (Search and Rescue) nggak ada. Pasokan makanan pun nggak ada. Kalau gak ada sampan ini kami semua mati. Kami juga nggak makan, nggak minum air bersih," ujar Mei, emosi karena saat itu air naik terus.
Dia mengingat, di pengungsian itu semua berkumpul, termasuk ibu-ibu hingga anak-anak yang sakit.