MEDAN, KOMPAS.com - Masyarakat Desa Selamat, Kabupaten Deli Serdang, masih teringat jelas peristiwa penyerangan brutal yang dilakukan sejumlah prajurit TNI dari Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 pada Jumat (9/11/2024) malam.
Insiden tersebut mengakibatkan satu warga tewas dan belasan lainnya terluka.
Sekitar pukul 21.30 WIB, sekelompok prajurit Armed yang berjumlah 30 orang datang ke desa dengan membawa senjata tajam, benda tumpul, dan pistol.
Baca juga: Sahroni Sebut Warga Arogan dalam Kasus Penyerangan TNI di Deli Serdang, LBH: Melukai Hati Masyarakat
Mereka tiba menggunakan sepeda motor dan sebagian berjalan kaki.
Tony Seno Aji, seorang warga Dusun IV Desa Selamat, mengungkapkan bahwa penyerangan dimulai ketika mereka mencari seorang pemuda bernama Dewa.
“Kita tak tahu masalahnya apa. Nanya aja langsung kena pukul. Mereka membawa samurai, pentungan, banyak lah,” ungkap Tony saat diwawancarai di sebuah warung pada Selasa, 12 November 2024.
Aksi tersebut memicu emosi pemuda setempat untuk melawan, namun mereka kalah jumlah.
Akibatnya, para prajurit Armed melarikan diri ke arah asrama, meninggalkan sekitar lima unit sepeda motor.
Penyerangan kedua terjadi setelah prajurit Armed mendapati dua anggota mereka yang tidak kembali ke asrama.
Tony menjelaskan bahwa prajurit Armed berprasangka bahwa masyarakat menyekap kedua prajurit tersebut.
“Datanglah rombongan kedua, ada sekitar ratusan orang, nyariin kawannya. Mana si Ginting, kalian sembunyikan ya, kata mereka,” ucap Tony.
Kepala Desa Selamat, Bahrun menjelaskan, sebelum penyerangan terjadi, pemuda setempat sempat berseteru dengan prajurit Armed saat berpapasan di jalan.
“Tapi ada cerita, pemuda sini sempat cekcok dengan prajurit itu saat berpapasan di jalan. Setelah itu, malamnya terjadi penyerangan,” ujarnya.
Akibat penyerangan tersebut, satu warga, Raden Barus (61), tewas, dan sekitar 13 orang lainnya luka-luka. Beberapa di antara mereka dirawat di Rumah Sakit Putri Hijau.
Kepala Dusun III, Binawati menyatakan, Raden ditemukan tergeletak di pinggir jalan dengan luka parah.