Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Minta Pengusaha Beli TBS Sawit MInimal Rp 2.000 per Kg, Pengamat: Masuk Akal tetapi Terlalu Optimis

Kompas.com - 07/08/2022, 19:33 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

 

Di sisi lain, upaya mewujudkan harga TBS di atas Rp 2.000 bukan tanpa rintangan. Tekanan harga CPO belakangan kembali mencuat seiring dengan penurunan harga komditas energi yang turut menekan harga CPO. Apa yang ditargetkan Mendag adalah berbicara harga CPO saat ini.

"Bisa saja berubah kalau nanti ada perubahan yang cukup signifikan pada harga CPO global," ucap Gunawan.

Kesejahteraan petani kian memburuk

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara menyebut, Nilai Tukar Petani (NTP) anjlok 7.21 persen di level 108.85. Komoditas penyumbang penurunan adalah kelapa sawit, jagung dan ayam ras.

Pada Juli, harga kelapa sawit di tingkat petani berada dikisaran Rp 700 sampai Rp 1.500-an per kilogram. Jauh dari harga tertinggi yang sempat di atas Rp 3.000 per kilogram dan masih di bawah harga keekonomiannya sebesar Rp 2.300 sampai Rp 2.600 per kilogram.

Selain TBS, harga jagung juga merosot, pada Mei dan Juni menyentuh harga Rp 5.700 per kilogram. Saat ini harganya di tingkat pembeli akhir (pabrik pakan ternak) Rp 4.700-Rp 4.800 per kilogram.

Penurunan ini mendorong penurunan harga daging ayam, yang pada Mei menyentuh harga Rp 40.000 per kilogram. Sekarang, harganya Rp 28.000/kilogram di Kota medan.

"Penurunan harga komoditas ini menekan daya beli petani kita. Sejauh ini, petani hortikultura NTP-nya sudah di atas 100, untuk tanaman hortikultura dipicu kenaikan harga cabai. Untuk tanaman pangan, saya menilai, beban pengeluaran yang besar belum diimbangi peningkatan harga jual gabah yang ideal," kata Gunawan.

Bagaimana nasib petani ke depannya?

Gunawan menilai, petani dari tanaman hortikultura, indeksnya berpotensi kembali turun di Agustus. Seiring penurunan harga cabai.

NTP tanaman pangan berpeluang stagnan jika pemerintah tidak mengubah atau melakukan intervensi kebijakan pembelian gabah di tingkat petani.

"Seiring dengan kenaikan harga pupuk dan tingginya inflasi, petani kita terbebani dengan banyak pengeluaran, namun harga jual produk pertaniannya tertahan. Membuat harga beras saat ini di bawah harga keekonomiannya. Untuk petani sawit, saya yakin perlahan NTP-nya akan kembali pulih karena normalisasi kebijakan ekspor CPO dan produk turunan kelapa sawit sudah dilakukan," imbuhnya.

Baca juga: Gubernur Jambi Tetapkan Harga TBS Sawit Rp 2.016, Petani: Pabrik Masih Beli di Bawah Rp 1.000

Menurut Gunawan, pemerintah harus fokus memperbaiki daya beli petani untuk jenis tanaman hortikultura dan tanaman pangan. Harga pupuk yang semakin mahal membuat pengeluaran petani kian banyak. Sosialisasi penggunaan pupuk kompos yang memiliki efektivitas yang bersaing dengan pupuk kimia perlu digalakkan.

"Petani kita saat ini terbebani dengan tingginya biaya input produksi dan kenaikan biaya hidup. Sementara harga jual produk tanamannya diserahkan ke mekanisme pasar. Mereka tidak punya banyak pilihan untuk memperbaiki daya belinya. Khusus untuk petani sawit, jelas mereka mengalami tekanan saat ini, tapi saya melihat potensi pemulihan NTP-nya sangat terbuka," tuntasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com