Perempuan penyuka songket dan tekstil tenunan ini, menurunkan jiwa dan perlawanannya kepada putrinya, Irfania Ramadhani Lubis.
Fani, begitu dia biasa dipanggil, pada 2016 melahirkan merek dagang IR & IR Songket Deli. Brand berbasis sociopreneur, merevitalisasi, memproduksi dan melakukan inovasi kriya.
Songket tetap ditenun ala tradisi oleh perempuan-perempuan sabar dan ulet di Jalan Kutilang Nomor 2, Kelurahan Bandar Khalipah, Kecamatan Percutseituan, Kabupaten Deliserdang.
Baca juga: Mengenal Tenun Suku Sasak dalam Museum Mini di Desa Sukarara Lombok Tengah
Fani adalah lulusan animasi Universitas Bina Nusantara. Produksi CV IR Kriya Melayu mengombinasikan tradisional dan modern.
Dua tahun menjadi animator freelance menjadi bekal munculnya produk-produk indah yang kental nilai budaya, filosofi dan layak dibanggakan.
Ratusan motif dihasilkan, paling diminati: anggrek bulan, balong ayam, tampuk gelugor, bunga kopi, daun tembakau, jagung, ulam raja, Istana Maimun dan Tirtanadi.
Anak ketiga dari empat bersaudara yang bercita-cita menjadi animator film ini, adalah orang yang membuka program Desa Sejahtera Astra (DSA) untuk Songket Deli di Bandar Khalipah.
Membuka lapangan kerja masyarakat sekitar tanpa membedakan usia, menjadi penenun dengan upah tinggi.
Jauh dari penghasilan membersihkan sarang walet yang menjadi tambahan penghasilan kaum ibu di desa yang berjarak sekitar 20-an kilometer dari pusat Kota Medan ini.
"Awalnya di 2017, menang program Astra bidang wirausaha untuk wilayah Sumut. Terus, 2019 dipercaya Astra mengelola dana CSR di program DSA. Sampai hari ini berjalan, kita sudah punya delapan mesin tenun," kata Fani kepada Kompas.com, November 2022.
Baca juga: Cerita di Balik Tenun Ikat Kediri, Kain yang Pernah Dipakai Song Kang hingga Presiden Jokowi
Enam desa bergabung dalam program ini: Desa Bandar Klippa, Bandar Khalipah, Sei Rotan, Bandar Setia, Tembung dan Percutseituan.
Pada 2022 ini, bertambah satu program yaitu pelatihan khusus penenun cilik.
Menjadi ruang kreasi milenial dan Gen Z menyalurkan bakat dan kesenangan, lahir motif-motif kekinian seperti kaktus, kupu-kupu, bunga sakura dan lainnya.
“Kita berdayakan teman-teman yang sudah terlatih untuk bekerja sama. Sekarang, ada lima penenun muda, masih SMP. Usaha ini untuk saya sendiri, tapi untuk banyak orang,” katanya.