Novi, perempuan yang sudah delapan tahun bergabung dengan CV IR Kriya Melayu sebagai marketing menambahkan, keinginan menyejahterakan perempuan lewat tenun dan menjaga warisan suku bukan hal mudah.
Mereka memulainya dari mengubah pola pikir bahwa memintal sehelai demi sehelai benang menjadi kain, mewarnainya, menghiasinya dengan corak, tidak sukar jika mau belajar.
Yuni, penenun senior membenarkan ucapan Novi. Lahir dari keluarga penenun di Batubara, ibu tiga anak ini, menambah pundi-pundi keluarganya dari songket.
Setiap bulan, dia bisa mengantongi upah Rp 3 juta-an lebih.
“Tujuh tahun bergabung di sini, Alhamdulillah, ekonomi keluarga terbantu. Semoga ke depan, semakin banyak orang yang mencintai songket Deli. Anak-anak mudanya mau belajar menenun,” ucapnya.
Baca juga: Tenun Karya Siswa SMA di Buleleng Bakal Dipamerkan di KTT G20
Kembali ke Novi, ditanya makna dari motif-motif yang menghiasi kain berwarna-warni. Dia menjelaskan, anggrek bulan adalah simbol kemewahan, rasa cinta dan keindahan.
Untuk kain berukuran 200 x 100 sentimeter, berbahan dasar polyster rayon dengan pewarna sintetis, waktu pengerjaannya sampai dua-tiga minggu.
"Harganya mulai Rp 1,2 juta sampai Rp 1,5 juta," ucapnya tersenyum.
Motif balong ayam terinspirasi dari bunga Celosia Cristata yang sangat familiar bagi orang Melayu zaman dahulu karena banyak tumbuh di halaman rumah dan berkhasiat untuk kesehatan.
Tampuk gelugor terinspirasi dari bentuk buah gelugur yang banyak tumbuh di Tanah Deli, biasanya dikreasikan orang Melayu menjadi manisan.
Motif bunga kopi dari bentuk bunga kopi yang menjadi salah satu tanaman unggulan yang tumbuh di Tanah Deli.
"Banyak diekspor ke luar Sumatera melalui jalur perdagangan yang diciptakan Inggris dan Belanda di tanah semenanjung. Sama seperti tembakau, kopi juga memberikan kontribusi pada pembangunan di Tanah Deli," imbuhnya.
Baca juga: Ubah Limbah Plastik Menjadi Tenun, Dikko Jual Produknya ke Seluruh Indonesia
Motif daun tembakau datang dari bentuk daun tembakau Deli yang terkenal sampai hari ini. Komoditi unggulan ini terbaik di dunia, digunakan untuk membungkus cerutu.
Motif ini menjadi simbol kemakmuran dan kejayaan. Sedangkan daun kenikir (Cosmos caudatus), biasa disebut orang Melayu sebagai ulam raja. Menjadi ulam (lalapan) raja karena mengandung banyak khasiat terutama kesehatan darah.
"Motif Istana Maimun dan Tirtanadi, terinspirasi dari istana yang menjadi rumah sultan, sedangkan Tirtanadi adalah ikon Kota Medan," kata Novi.