MEDAN, KOMPAS.com - Sembilan konsulat dan perwakilan negara sahabat berkunjung ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, di Kabupaten Simalungun, Rabu (26/6/2024) sore.
Kunjungan ini dilakukan setelah mereka berkunjung ke Danau Toba dan mendapatkan presentasi dari sejumlah perwakilan kabupaten tentang peluang investasi di Sumatera Utara.
Sembilan perwakilan negara asing itu yakni Konsulat Amerika Serikat di Medan, Bernard C. Uadan, perwakilan Konjen China Li Hongwei, Konjen Malaysia Shahril Nizam bin Abdul Malek, Konjen Singapura Edmund Chia, dan Konjen Jepang Takonai Susumu.
Kemudian, Konjen Kehormatan Thailand Martono Anggusti, Konjen Kehormatan Belanda Ony Hindra Kusuma, dan Konjen Kehormatan Jerman, Daniel Adhiyaksa Darmadi.
Kunjungan mereka ke KEK Sei Mangkei adalah rangkaian kegiatan North Sumatera Invest (NSI) yang digelar oleh Pemprov Sumut dengan Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara.
Baca juga: 2 Perusahaan Eropa Batal Investasi di Sonic Bay, Ini Kata Anak Buah Bahlil
Di hadapan perwakilan negara-negara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Provinsi Sumatera Utara Alfi Syahriza memberi penjelasannya.
Dia mengatakan, KEK SEI Mangkei memiliki bisnis utama berupa industri kelapa sawit dan karet dengan fokus hilirisasi berskala besar dan berkualitas internasional.
"Pertumbuhan industri di Sumut sangat pesat. Selain KEK SEI Mangkei, ada juga Kawasan Industri Medan (KIM)," kata dia.
Direktur PT Kawasan Industri Nusantara (KINRA) VT Moses Situmorang menjelaskan, luas KEK Sei Mangkei mencapai 1.993,8 hektar.
Kawasan ini dikelola secara bersama dengan PT Perkebunaan Nusantara III (Persero) dan PT KINRA berfokus pada industri pengolahan kelapa sawit dan karet.
Moses juga mengatakan, saat ini ada tujuh perusahaan yang sedang under construction, dengan target dapat beroperasi di tahun 2025.
"Setelah itu akan masuk lagi tiga. Estimasi investasi hingga tahun 2031 selesai. Sektor yang mendominasi di KEK SEI Mangkei oleokimia dan refinery CPO," ujar dia.
Baca juga: Per 31 Mei 2024, Pembangunan IKN Habiskan Rp 5,5 Triliun