MEDAN, KOMPAS.com - Lena Surbakti (89) mengenang kembali momen bersejarah yang dialami pada 13 Oktober 1989.
Saat itu, ia duduk di samping mobil pikap tua di depan rumahnya di Tuntungan, Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Rumahnya terletak kurang dari 1 kilometer dari Gereja Katolik Paroki Santo Yohanes Paulus II Namo Pecawir. Lena adalah salah satu panitia penyambutan Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga: 2.000 Umat Katolik dari Medan Akan Ikuti Perayaan Ekaristi Bersama Paus di GBK
Kepada Kompas.com, Lena menceritakan bahwa halaman depan rumahnya pernah digunakan untuk menampung umat Katolik dari berbagai daerah yang ingin menyaksikan langsung kunjungan pemimpin Gereja Katolik dunia.
Perasaan haru yang ia rasakan 34 tahun lalu masih terasa hingga kini. Pengalaman tersebut menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi Lena.
"Sewaktu kedatangan Paus, kami di stasi itu masih baru. Pastor Antonio berkata, 'Walaupun stasi ini baru, semangat kalian akan dikunjungi Sri Paus, tapi jangan cerita-cerita,'" kenang Lena.
Tampak samping gereja tempat Paus Yohanes Paulus II berganti pakaian saat kunjungannya ke Tuntungan pada 13 Oktober 1989. Lokasinya berada di Lokasi ini berada di Gereja Katolik Paroki Santo Yohanes Paulus II Namo Pecawir, Jalan Namu Pecawir, Tuntungan, Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang.Persiapan untuk kunjungan Paus memakan waktu sekitar dua bulan. Lena dan timnya menerima kayu dari Aceh dan besi dari Krakatau Steel di Belawan. Mereka juga menyiapkan podium dan berbagai keperluan lainnya.
"Selama dua bulan kami mempersiapkan tempat podium, tetapi hanya digunakan selama dua jam," ujarnya.
Baca juga: Mengintip Dua Kursi yang Disiapkan untuk Paus Fransiskus Saat Berkunjung ke Indonesia
Saat itu, bandara masih berada di Polonia. Warga yang hadir di lapangan sering mendongakkan kepala saat pesawat melintas. Pada pukul 13.00 WIB, Paus Yohanes Paulus II akhirnya tiba di Tuntungan.
"Kami menunggu dengan sabar. Bandara masih di Polonia sekitar jam 1 siang. Paus datang dan kami sudah menyiapkan tempat untuk melihat umat yang sangat ramai. Kami membagi area menjadi beberapa petak, setiap petak berisi umat. Paus keliling menggunakan mobil Land Rover bersama sopir dan Uskup Pius Datubara," katanya.
Lena juga menceritakan momen ketika seorang umat terlalu gembira dan mencoba mendekati Paus, namun dihalau oleh pengawal.
Lena merasa sangat dekat dengan Paus saat ia mengganti pakaian di gereja stasi. Ada juga yang menyerahkan foto dan spidol untuk ditandatangani Paus.
"Rasanya seperti bersalaman dengan orang yang kudus. Itu menjadi kenangan berharga. Saya yang paling dekat, pundak saya bersentuhan dengan Paus," ungkapnya.
Lena masih menyimpan barang-barang dari peristiwa tersebut. Di dompetnya, terdapat dua kartu panitia penyambutan Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga: Bagian VII: Kunjungan Paus Paulus VI ke Indonesia 1970, Kenapa Paus Pergi Keliling Dunia?
Ia juga memiliki foto dirinya di depan podium dan pakaian yang dikenakannya saat itu. Kalung salib yang ia angkat saat Paus melintas juga masih disimpannya dengan baik.
Mobil tua yang terparkir di depan rumahnya adalah kendaraan yang dulu digunakan untuk mengangkut barang-barang kegiatan tersebut, seperti besi, kayu, televisi, dan kabel.
"Berdasarkan keperluan zaman ini, tempat kunjungan Sri Paus kini telah menjadi perumahan angkatan darat," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang