MEDAN, KOMPAS.com – Edi Ginting (45), warga Desa Martelu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, menduga banjir bandang yang menimpa kampungnya bukan bencana biasa.
Ia mencurigai adanya kaitan dengan aktivitas penebangan liar di daerah hulu yang berlangsung beberapa tahun lalu.
"Beberapa tahun lalu di arah hulu sana ada memang penebangan liar. Bahkan itu ada orang yang pernah ditangkap karena illegal logging itu," ujar Edi saat diwawancarai di lokasi, Senin (25/11/2024).
Baca juga: 2 Warga Deli Serdang Masih Hilang Dihantam Banjir Bandang, Pencarian Dilanjutkan
Edi menjelaskan, kayu-kayu mahal seperti meranti, ingul, dan mayang sering dibawa dari hulu menggunakan pikap. Akibatnya, areal hulu menjadi gundul.
Selain itu, warga sekitar juga banyak yang membuka ladang dengan menanam tanaman keras seperti kopi dan markisa.
"Orang ini kadang ditebangi pohon, tak tahu dampaknya ke kita. Ya bisa jadi ini lah akibatnya," ucapnya.
Edi mengungkapkan, banjir bandang ini merupakan kejadian kedua yang terjadi di daerahnya. Namun, peristiwa sebelumnya tidak menimbulkan korban jiwa.
"Dulu itu airnya dari Sungai Lau Seruai, melintasi Desa Bukum, jadi tak kena ke sini. Kalau ini, air dari hulu turun ke sungai kecil yang biasa dipakai warga untuk mengairi sawah. Makanya kami tak menduga," ujarnya.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Deli Serdang, Wiriya Alrahman, membantah adanya kerusakan lingkungan di hulu yang menyebabkan banjir bandang.
Ia menilai bencana ini lebih disebabkan curah hujan tinggi yang membuat sungai kecil tidak mampu menampung air.
"Kalau dibilang ada kerusakan di hulu, saya yakin tidak ada. Cuma memang curah hujan yang sangat besar di hulu, turun seketika. Daya tampung sungai kecil tidak mampu, ini yang menyebabkan musibah ini," kata Wiriya, Minggu (24/11/2024).
Camat Sibolangit, Hesron T Girsang, juga menjelaskan bahwa banjir bandang dipicu oleh intensitas hujan tinggi selama sekitar dua jam.
"Banjir datang tiba-tiba dari hulu sungai di sekitar lokasi kejadian," ujar Hesron dalam keterangannya.
Akibat banjir bandang ini, empat warga tewas dan dua lainnya masih dalam pencarian.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengidentifikasi korban tewas sebagai Kartini Sitepu (65), Elsie Nadinda (3), Serta Ginting (81), dan Perdamenta (35).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang