Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Aku Bukan Mencuri": Cerita Heri, Tunanetra yang Terjaring Razia

Kompas.com, 22 Juni 2025, 11:13 WIB
Teguh Pribadi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com – Heri Sandarman Hulu (28) masih mengingat jelas siang itu, Jumat (13/6/2025), ketika langkahnya terhenti di depan Toko Roti Ganda, Jalan Sutomo, Kota Pematangsiantar. Bersama rekannya sesama tunanetra, Lastiur Sitanggang, Heri bernyanyi sambil membawa pengeras suara. Tapi bukan rezeki yang datang—melainkan petugas razia.

“Biasanya aku ngamen keliling. Entah kenapa, sekali itu aku ke situ (Toko Roti Ganda), langsung ditangkap,” kata Heri saat ditemui di tempat kosnya di Jalan Medan Area, Kecamatan Siantar Barat, Jumat (20/6/2025).

Petugas gabungan dari Dinas Sosial, Satpol PP, dan polisi tiba-tiba datang. Heri terjatuh di trotoar, tangannya digenggam kuat, alat musiknya rusak, dan rekannya lebih dulu diseret masuk ke mobil Dinsos.

“Cara menangkap itu kayak teroris. ‘Ha! kami tangkap.’ Tangan saya dipegang. Saya didorong, kaki ku ditarik,” ucapnya.

“Saya bilang saya enggak mau dibawa ke kantor. Kalau dibilang aku sengaja jatuh, enggak mungkin karena aku bawa alat musik. Aku mau melindungi alat itu,” tambahnya.

Baca juga: Penjelasan Dinsos soal Viral Tunanetra Mengamuk di Depan Toko Roti di Siantar

Loudspeaker rusak, kabel baterai terputus. Heri akhirnya ikut Lastiur masuk ke mobil. Di kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) mereka diminta menandatangani surat pernyataan, tanpa tahu isinya.

“Kami enggak tahu isinya apa. Inti surat itu kami enggak boleh lagi mengamen. Kalau mengamen lagi, melanggar undang-undang. Begitu katanya,” ucap Heri.

Lastiur lebih terpukul. Ia menangis selama dua hari dan sempat jatuh sakit. “Saya trauma sejak kejadian itu. Sekarang kalau dengar sirine di jalan saya merasa ketakutan,” ucapnya lirih.

Dua hari setelah peristiwa itu, Heri kembali mencoba mengamen di Jalan Cipto. Saat itulah ia dijemput oleh seseorang yang mengajaknya ke rumah dinas Wali Kota Pematangsiantar, Wesly Silalahi.

“Diajak, aku enggak tahu siapa. Saya ikut naik kereta (motor). Saya sempat takut karena saya buta dan enggak bawa handphone. Saya sendirian,” kata Heri.

Baca juga: Pengamen Curi HP di Sragen Ditangkap Warga, Lalu Dilepas Polisi atas Alasan Kemanusiaan

Di rumah dinas, Heri menyampaikan keluhannya. Ia menceritakan bagaimana ia dan Lastiur ditangkap dengan cara yang menurutnya tak manusiawi. Ia juga membantah telah tiga kali terjaring razia seperti yang sempat disebutkan pihak berwenang.

Saat itu, Wali Kota memberikan uang tunai sebesar Rp 5 juta dan menyarankan Heri pulang kampung. “Saya bilang saya bisa pijat. Saya disalamkan uang lima juta dengan syarat saya tidak bekerja di sini dulu. Enggak ngamen dulu selama dua minggu. Itu biaya yang diberikan kepada saya. Kalau modal usaha sampai sekarang belum ada,” katanya.

Heri tinggal di sebuah indekos berdinding papan bersama istrinya, Nelly Hutauruk, dan anak mereka yang masih kecil. Selain mereka, ada Lastiur dan lima orang tunanetra lainnya yang hidup satu atap. Mereka membayar Rp 15.000 per malam. Kamar mandi ada di lantai bawah, dan harus turun tangga.

“Ada delapan orang tunanetra dan tiga orang penuntun. Mereka saya anggap seperti keluarga sendiri,” kata boru Marpaung, pemilik kos.

Semua penghuni kos tergabung dalam Anggota Masyarakat Peduli Disabilitas Indonesia (MPDI). Mereka hidup dari hasil mengamen keliling atau di SPBU.

“Kalau hari biasa paling dapat Rp 100.000 atau Rp 120.000, kalau Sabtu-Minggu bisa Rp 150.000 sampai Rp 170.000,” ujar Heri.
“Nyanyi pakai speaker. Untuk cukup makan sehari-hari,” lanjutnya.

Ia tahu, mengamen bukan pekerjaan permanen. Heri punya rencana: membuka usaha pijat, dan pulang kampung. Tapi modal belum ada, dan bantuan sosial pun tak pernah menyentuh mereka karena status domisili yang tak tetap.

“Aku cari makan di Kota Siantar ini, bukan mencuri. Kalau dibilang saya pulang kampung, saya masih di sini. Bagaimana saya pulang, belum punya modal usaha,” ucap Heri, lirih.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
THM De Tonga Medan Digerebek, 4 Butir Inex dan 82 Miras Ilegal Disita serta 7 Orang Ditangkap
THM De Tonga Medan Digerebek, 4 Butir Inex dan 82 Miras Ilegal Disita serta 7 Orang Ditangkap
Medan
Menjarah dan Merusak Warung Warga Usai Tawuran, Pemuda di Medan Ditembak
Menjarah dan Merusak Warung Warga Usai Tawuran, Pemuda di Medan Ditembak
Medan
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau